Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6% pada pertemuan bulan November ini. Kenaikan bunga BI tak direspons buruk pasar. Pasca kenaikan BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru semakin menguat. Hingga akhir tahun, analis menebak, IHSG tetap di area 6.000.
Rovandi, Senior Technical Analyst Trimegah Sekuritas Indonesia mengatakan, sentimen yang berasal dari suku bunga dan current account defisit (CAD) sudah diantisipasi pasar. Apalagi kenaikan bunga acuan BI lebih bertujuan untuk menjaga rupiah. "Sudah diantisipasi, jadi sudah price in," kata Rovandi, Jumat (16/11).
Soal defisit transaksi berjalan (CAD) yang makin melebar, Rovandi mengatakan, agak sulit memang bagi pemerintah menjaga CAD di level yang bagus karena harga minyak mentah di bawah US$ 70 per barel. Apalagi, impor minyak Indonesia masih sangat besar.
Hingga akhir tahun, Rovandi memperkirakan, IHSG berada dilevel 6.200 dengan berbagai sentimen yang mempengaruhi seperti aksi windows dressing dan juga kenaikan suku bunga The Fed.
Kornelis Wicaksono, analis Reliance Sekuritas mengatakan, kenaikan bunga BI dan CAD yang membesar akan mempengaruhi pergerakan IHSG, namun tak akan lama. Sevav secara makro, perekonomian Indonesia masih sangat bagus.
"Kenaikan suku bunga justru dianggap positif pasar karena pasar melihat pemerintah proaktif menjaga ekonomi jangka pendek" kata Kornelis kepada KONTAN, Minggu (18/11). Sementara untuk CAD yang melebar, ia melihat, lebih karena tingginya impor minyak oleh Indonesia.
Hingga akhir tahun, ia memprediksikan IHSG akan berada di level 6.200. Beberapa sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG di akhir tahun antara lain bunga The Fed dan juga aksi windows dressing menjelang tutup tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News