Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih berusaha mencicil utangnya kepada China Investment Corporation (CIC) akhir tahun ini. Salah satu upaya yang dilakukan BUMI adalah melepas saham kedua anak usahanya, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
BUMI akan menukar utang CIC dengan saham KPC. Kelak, KPC akan menerbitkan saham baru sebanyak 80.560 unit saham atau 19% dari total modal dan disetor penuh. CIC akan menyerap seluruh saham baru tersebut. Nilai KPC ditaksir US$ 5 miliar, sehingga 19% saham KPC bernilai US$ 950 juta.
Konsekuensinya, pasca rights issue itu, kepemilikan BUMI di KPC akan susut dari 65% saham menjadi hanya 46% saham. Cuma, BUMI tak ingin kendalinya atas KPC berkurang.
Andrew Christopher Beckham, Direktur Keuangan BUMI bilang, BUMI telah meneken perjanjian jual beli saham KPC dengan Recapital Asset Management.
Dalam laporan keuangan BUMI kuartal III 2013 disebutkan, BUMI memiliki piutang lain dari reklasifikasi aset keuangan tersedia untuk dijual dari Recapital Asset Management ke PT Kutai Timur Sejahtera (KTS).
BUMI punya hak untuk mengonversi piutang itu menjadi 100% kepemilikan saham KTS dengan penerbitan medium term note.
KTS ini memiliki 5% kepemilikan saham KPC. "Jadi awalnya kami menjual 19% saham KPC ke CIC. Setelah itu, Recapital mentransfer 5% saham KPC kepada kami," ujar Andrew, Rabu (20/11).
Dengan begitu, kepemilikan saham BUMI di KPC menjadi mayoritas sebesar 51%. Dia mengatakan, nilai 5% saham KPC itu setara dengan dana investasi BUMI yang ada di Recapital.
Beberapa tahun lalu, BUMI memang menginvestasikan dananya ke Recapital sebesar US$ 400 juta dalam bentuk kontrak pengelolaan dana (KPD). Dana itu kini tersisa US$ 252,27 juta. Belum lama ini, BUMI merevisi perjanjian dengan Recapital, yakni dana BUMI yang telah dikelola oleh Recapital akan dikembalikan secara nontunai melalui saham tersebut.
Selain melakukan rights issue KPC, BUMI juga akan menukar utangnya utangnya di CIC dengan 10,79 miliar saham BRMS atau 42% dari total modal ditempatkan dan disetor. Total transaksi ini sebesar US$ 257,4 juta.
BUMI juga akan menerbitkan saham baru senilai US$ 150 juta. Eddie J. Sobari, Direktur Internal Audit BUMI mengatakan, total saham yang dilepas sekitar 10% hingga 15%. Kata dia, target perolehan dana itu adalah target minimal. Bisa saja BUMI meraih dana lebih dari itu. Namun, hingga kini BUMI belum menyampaikan proposal rights issue ini ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Atas rencana penerbitan saham tersebut, Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris BUMI bilang, BUMI akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), 20 Desember 2013 mendatang. Dia mengklaim, seluruh transaksi utang senilai US$ 1,367 juta dengan CIC akan rampung akhir tahun ini.
Dalam rights issue ini, CIC akan menjadi pembeli siaga. Dia bilang, proses penyelesaian utang ini bakal menghemat beban bunga sebesar US$ 216 juta.
Nantinya, sisa utang BUMI ke CIC akan tersisa sebesar US$ 430 juta dan bakal terkena bunga LIBOR +6,7 per tahun. Namun, BUMI tidak perlu membayar utang pokok dan bunga pada tahun pertama.
Jika proses utang CIC rampung, BUMI masih memiliki sisa utang termasuk convertible bonds sebesar US$ 2,8 miliar. "Targetnya di tahun depan mengurangi utang US$ 700 hingga US$ 1 miliar lagi," kata Dileep.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News