CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BUMI jual murah saham treasury


Jumat, 29 September 2017 / 07:28 WIB
BUMI jual murah saham treasury


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) telah menuntaskan proses penjualan saham hasil pembelian kembali (buyback) kepada investor strategis, Wyoming International Limited. Jumlah saham treasury yang dijual sebanyak 473,21 juta saham.

"Penjualannya dilakukan pada level Rp 350 per saham," ujar Dileep Srivastava, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan BUMI kepada KONTAN, Kamis (29/9). Artinya, dari aksi korporasi tersebut, BUMI mengantongi dana segar Rp 165,62 miliar.

Tapi, nilai penjualan yang diraih ini jauh lebih rendah dari harga nominal saham treasury bumi yang mencapai US$ 34,15 juta atau sekitar Rp 452 miliar. Di sisi lain, harga jual ini masih lebih tinggi dari harga saham BUMI di pasar reguler Rp 191 per saham.

Dileep pun belum bersedia memberikan komentar terkait rencana penggunaan dana hasil penjualan saham simpanan tersebut. Asal tahu saja, Wyoming yang membeli saham simpanan BUMI merupakan perusahaan asing dari Republik Seychelles. Sedangkan kegiatan utama usaha Wyoming adalah investasi.

Wyoming juga merupakan pemegang saham PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI). Posisi Wyoming di perusahaan kertas ini juga cukup dominan. Wyoming menguasai 2,64 miliar atau setara 30,4% saham KBRI.

Sisa saham treasury BUMI ini merupakan hasil dua kali buyback yang dilakukan perusahaan. Pada 2006, BUMI mengeksekusi buyback 1,36 miliar saham. Harga nominal (par value) saham buyback itu mencapai US$ 98,53 juta. Sebanyak 1,3 miliar saham hasil buyback telah digunakan untuk obligasi konversi pada 2007-2008.

BUMI juga merencanakan buyback pada 2008 sebanyak 582,12 juta saham dengan harga pelaksanaan tidak lebih dari Rp 11.600 per saham. Tapi, BUMI hanya buyback 412,91 juta saham. Par value buyback kedua tercatat US$ 29,81 juta. Seluruh saham treasury hasil buyback ini masih disimpan BUMI sejak 2008.

Kala itu, harga saham yang terus anjlok menjadi alasan BUMI belum melepas saham simpanannya. Tapi karena tetap punya kewajiban melepas saham simpanan itu, BUMI kini harus rela menjual saham simpanannya di harga lebih rendah dari harga beli.

Dampak ke saham

Reza Priyambada, Analis Binaartha Parama Sekuritas, bilang, jika dibandingkan dengan jumlah utangnya yang besar, dana yang diperoleh BUMI dari aksi korporasi itu, memang tidak seberapa. "Tapi, penjualan ini mempengaruhi psikologis pasar," papar Reza kepada KONTAN, Kamis (28/9).

Secara psikologis, pasar melihat saham treasury dijual pada level harga yang lebih tinggi dari harga pasar. Artinya, saham BUMI masih punya potensi untuk terus meningkat, bahkan bisa menuju harga Rp 350 per saham.

Ini yang menjadi alasan harga saham BUMI kemarin, melonjak hampir 10% ke Rp 191 per saham. Kenaikan ini melampaui penurunan saham BUMI, Rabu (27/9), yang turun hampir 8% ke Rp 175 per saham. Ini merupakan level harga BUMI terendah sejak Oktober 2016 silam.

Reza pun menilai, BUMI bisa mulai kembali ke zona hijau, terlihat dari adanya potensi technical rebound saham BUMI. Tapi ia mengakui, tidak mudah memprediksi pergerakan harga saham BUMI lantaran pergerakannya cenderung dipengaruhi oleh faktor psikologis pasar, tak hanya dari fundamentalnya.

Di sisi lain, harga saham BUMI sudah sangat murah. Apalagi semenjak rights issue, harga saham BUMI belum mencapai level harga teoritis yang diinginkan. Padahal, rights issue itu menjadi bagian restrukturisasi utang BUMI yang dinanti investor. "Valuasi murah juga telihat dari besarnya cadangan batubara yang dimiliki BUMI," kata Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×