Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Jago Tbk (ARTO) berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 29 miliar di kuartal kedua 2022. Posisi ini berbanding terbalik dengan kondisi kuartal kedua 2021 yang masih mencatatkan rugi.
Dalam catatan Kontan, pertumbuhan laba ini sejalan dengan pertumbuhan positif dan solid terjadi pada sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit, dan jumlah nasabah pengguna digital banking.
Jumlah nasabah pendanaan mencapai lebih dari 3 juta nasabah pada akhir Juni 2022. Jumlah nasabah ini tumbuh lebih dari 100% dalam 6 bulan atau tercatat 1,4 juta nasabah pada akhir 2021.
Meningkatnya jumlah nasabah mendorong dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 253% menjadi Rp 6,1 triliun secara year on year (yoy). Secara year to date, DPK tumbuh 65,9% dibandingkan akhir 2021 yang tercatat Rp 3,68 triliun.
Baca Juga: Laba Melampaui Target, Ini Rekomendasi Saham Bank Jago (ARTO)
Lebih rinci, dana murah atau current account savings account (CASA) meningkat 643% secara yoy menjadi Rp 3,87 triliun. Sedangkan deposito tumbuh 85% menjadi Rp 2,23 triliun.
Sementara itu, pendapatan bunga dan pendapatan syariah Bank Jago tumbuh lebih tinggi, yakni meningkat 340% menjadi Rp 705 miliar pada kuartal kedua 2022. Dengan demikian pendapatan bunga bersih tercatat Rp 641 miliar atau tumbuh 361% secara yoy.
Pendapatan bunga dan pendapatan syariah ini didorong oleh penyaluran kredit dan pembiayaan syariah yang tumbuh 234% menjadi Rp 7,26 triliun dibandingkan periode yang sebesar Rp 2,17 triliun.
Secara year to date, penyaluran kredit dan pembiayaan syariah meningkat Rp 1,89 triliun atau tumbuh 35% dibandingkan akhir 2021 yang tercatat Rp 5,37 triliun.
Dalam risetnya, Analis BCA Sekuritas Mohammad Fakhrul Arifin dan Teguh Hartanto mengatakan, sekarang ini ARTO terus berupaya menambahkan lebih banyak fitur pada aplikasinya. Dengan harapan, hal tersebut mampu mengerek pengguna atau pelanggan.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Ditopang Ekosistem, Begini Rekomendasi Saham Bank Jago (ARTO)
"Dengan fitur yang setara antara konvensional dan syariah, ARTO yakin aplikasi syariahnya termasuk yang terbaik," ujarnya dalam riset, Jumat (22/7).
Ke depan, Fakhrul dan Tegus melihat, ARTO akan terus menciptakan pengalaman yang baik bagi pelanggan, baik secara organik maupun anorganik. Ini ditandai dengan mengikuti ekspektasi manajemen yang melihat biaya operasional dapat lebih tinggi di paruh kedua tahun 2022. Fakhrul bilang, ini pada akhirnya akan mengganggu pendapatan dan prospek ROE.
Fakhrul dan Teguh juga merevisi proyeksi biaya operasional menjadi Rp 902 miliar hingga Rp 1,25 triliun pada tahun 2022-2023, dengan kemungkinan peningkatan biaya pengembangan teknologi yang lebih tinggi dari perkiraan dan biaya integrasi cross-selling dengan GoTo dan mitra lainnya.
Fakhrul dan Teguh juga memandang persaingan bank digital semakin ketat lantaran beberapa bank turut tertarik untuk masuk perbankan digital lantaran prospeknya yang menjanikan.
Baca Juga: Prospek Saham Bank Jago (ARTO) Usai Masuk Indeks MSCI Global Standard
Dari segi likuiditas, sambungnya, ARTO memiliki likuiditas yang cukup dari gelaran rights issue baru-baru ini. Selain proyeksi biaya operasional yang lebih tinggi, biaya provisi juga diperkirakan akan lebih tinggi dari perkiraan karena pelanggan yang akan datang lebih berisiko terkait dengan ekosistem pinjaman langsung.
Fakhrul dan Teguh memberikan rekomendasi buy untuk saham ARTO dengan menurunkan target harga ARTO menjadi Rp 13.500 per saham. Pada penutupan perdagangan Jumat (5/8) saham ARTO melemah 0,23% ke harga Rp 10.975 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News