Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kian dekat dengan realisasi gasifikasi batubara. Hal ini menyusul telah rampungnya studi kelayakan dan kesiapan investor yang bakal membantu proyek tersebut.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, berdasarkan hasil studi yang rampung November lalu, Tanjung Enim dinilai yang paling cocok sebagai proyek hilirisasi produk batubara tersebut. Sebab, infrastruktur di Tanjung Enim lebih siap dibanding tambang Peranap.
Baca Juga: Bidik produksi 30 juta ton di 2020, PTBA maksimalkan batubara kualitas tinggi
Kualitas batubara di Tanjung Enim juga lebih baik. "Jadi secara capex dan opex lebih efisien di Tanjung Enim, oleh karena itu kami kembangkan di Enim," ujar Arviyan, Senin (23/12).
Saat ini, prosesnya berlanjut pada tahap detail konsep desain atawa front end engineering design (FEED). Setelah itu, tahapan masuk pada tahap engineering procurement construction (EPC) hingga akhirnya realisasi konstruksi pabrik. Semua proses ini ditargetkan rampung akhir 2021.
"Proses pembangunannya sekitar tiga tahun. Selesai 2023, sehingga 2024 sudah beroperasi," terang Arviyan.
Pabrik itu nantinya bukan hanya memproses batubara menjadi gas. Tapi juga produk turunan yang jauh lebih menguntungkan.
Ibaratnya, nilai tambah batubara hanya 1. Produk turunan gasifikasi seperti methanol memiliki nilai tambah tujuh kali lebih besar.
Baca Juga: Indeks sektor tambang kembali naik, apa kata dua analis ini?
Padahal, methanol menjadi bentuk paling awal gasifikasi. Produk turunan lain memiliki nilai tambah lebih besar, bahkan produk turunan yang menjadi bahan baku industri petrokimia bisa memiliki nilai tambah hingga 10 kali.
Permintaan produk-produk turunan itu juga sangat besar. Contohnya, methanol yang menjadi zat tambahan wajib untuk biodisel. "Jadi, semua ini menjadi peluang baru, masa depan kami," imbuh Arviyan.
Untuk merealisasikan mimpi tersebut, PTBA menggandeng mitra lokal, Pertamina dan investor asal Amerika Serikat (AS), yakni Air Products and Chemicals Inc. PTBA juga sudah menandatangani pembentukan perusahaan patungan atau joint venture (JV) untuk gasifikasi batubara.
Namun, JV itu nantinya akan berada di sisi upstream (gasifikasi) dan downstream (produk turunan). Untuk upstream, Air Production bakal menjadi pemegang saham mayoritas.
Baca Juga: Hingga kuartal III-2019, Bukit Asam (PTBA) telah lampaui kuota wajib DMO batubara
Arviyan bilang, itu karena perusahaan tersebut sudah menguasai teknologi gasifikasi. Sedangkan untuk downstream, PTBA bakal menjadi pemegang saham mayoritas. "Karena teknologi di downstream relatif sederhana," ungkapnya.
Meilki Darmawan, analis NH Korindo Sekuritas dalam riset 4 November menjelaskan, prospek PTBA sejatinya masih solid, terutama soal efisiensi yang berhasil dilakukan. Namun, prospek ini masih dibayangi oleh lesunya permintaan dan rendahnya harga batubara.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA)-Pertamina ajukan insentif untuk harga DME yang kompetitif
Oleh karena itu, dia menurunkan rekomendasi saham PTBA menjadi hold dengan target harga Rp 2.300 hingga akhir 2020. Kemarin, saham ini menguat 10 poin ke level Rp 2.610 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News