kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.859   -119,00   -0,76%
  • IDX 7.478   -13,75   -0,18%
  • KOMPAS100 1.157   -1,90   -0,16%
  • LQ45 916   -3,66   -0,40%
  • ISSI 227   0,76   0,33%
  • IDX30 472   -2,98   -0,63%
  • IDXHIDIV20 569   -3,58   -0,62%
  • IDX80 133   -0,18   -0,13%
  • IDXV30 141   0,46   0,33%
  • IDXQ30 158   -0,66   -0,41%

Bukan dollar AS, inilah mata uang asing yang paling cuan hingga akhir Oktober 2021


Rabu, 03 November 2021 / 07:15 WIB
Bukan dollar AS, inilah mata uang asing yang paling cuan hingga akhir Oktober 2021


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang asing seperti dollar Amerika Serikat bisa menjadi portofolio investasi yang menguntungkan. Namun, sepanjang tahun ini hingga akhir Oktober 2021, bukan mata uang dollar AS yang memberi cuan paling besar. 

Dolar Kanada dan poundsterling berhasil menjadi dua mata uang yang paling menguntungkan dalam 10 bulan terakhir. Pada periode tersebut, tercatat dolar Kanada berhasil menguat 4,7% jika dipasangkan dengan rupiah. Sementara poundsterling berhasil menguat 1,77% jika dipasangkan dengan rupiah.

Pada perdagangan Selasa 2 November 2021, Bank Indonesia mencatat, kurs jual dollar Kanada mencapai Rp 11.546,55 naik 19,35 poin dari sehari sebelumnya. Sedangkan kurs jual poundsterling turun sebesar 87,37 poin menjadi Rp 19.529,37.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menjelaskan, secara fundamental dolar Kanada memang jauh lebih baik dibanding berbagai mata uang lainnya. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan stimulus yang diusung pemerintah Kanada berhasil memulihkan kondisi ekonominya. 

Tak hanya itu, kini gelontoran stimulus bahkan sudah diberhentikan secara keseluruhan seiring dengan pemulihan pasar tenaga kerja dan jumlah pengangguran di Kanada sudah sesuai dengan ekspektasi Bank of Canada. “Selain itu, menguatnya harga minyak mentah telah mendorong penguatan dolar Kanada sebagai mata uang komoditas,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Selasa (2/11).

Baca Juga: The Fed berpotensi hawkish, rupiah diproyeksikan melemah

Sementara untuk poundsterling, menurutnya pergerakan GBP sejauh ini tertolong oleh ekspektasi dari sikap hawkish bank sentral Inggris (BoE) yang kemungkinan akan menaikkan suku bunga. Hal ini merespons tingkat inflasi yang sudah terlalu tinggi, imbas dari krisis energi yang melanda Inggris dalam beberapa waktu terakhir.

Pada sisa dua bulan ini, Sutopo meyakini kedua mata uang ini tidak akan banyak berubah secara fundamental sehingga pergerakannya akan cenderung berada dalam kisaran yang terbatas. 

Namun, untuk tahun depan, ia baru melihat pasar valuta akan kembali bergairah. Maklum, tahun ini pasar valuta dipenuhi gejolak karena banyak beradaptasi dengan berbagai keragaman data ekonomi hingga rumor dan ketidakpastian. 

Baca Juga: Rupiah berpotensi melemah jelang rapat FOMC

Menurutnya, efek tapering serta rencana kenaikan suku bunga acuan dari berbagai bank sentral akan jadi fokus utama pada tahun depan. Apalagi, dengan keberhasilan vaksin, turunnya kasus Covid-19, serta pembukaan aktivitas ekonomi akan membuat berbagai bank sentral memberikan outlook ekonomi yang jauh lebih baik.

“Masih terlalu dini untuk melihat arah pergerakan mata uang pada tahun depan, karena inflasi di satu sisi juga masih menjadi topik utama saat ini. Namun, yang jelas pasar valuta pada tahun depan akan sangat prospektif,” imbuh Sutopo.

Secara fundamental, Sutopo melihat dolar Kanada dan dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang yang layak dipertimbangkan. Dolar Kanada yang merupakan mata uang komoditas akan banyak mendapat dorongan dari perubahan harga minyak dunia. Sementara dolar AS sebagai safe haven, fundamental ekonomi AS yang lebih baik dari Eropa, serta efek tapering dan pengetatan stimulus akan jadi katalis positifnya.

Baca Juga: Tutup di bawah 6.500, IHSG diprediksi lanjut melemah pada Rabu (3/11)

Pada akhir tahun ini, Sutopo memproyeksikan CAD/IDR akan berada di level 11.550. Sementara untuk USD/IDR akan berada di area 14.300

Namun, dari sisi mata uang yang sejauh ini cukup ramai diperdagangkan, ia menyebut yen Jepang. Menurutnya, hal tersebut tidak terlepas dari yen Jepang yang sudah mencapai tingkat tahanan dan dukungan multi tahun, sehingga perubahan arah kemungkinan akan terjadi di akhir tahun atau di awal tahun.

“Dengan ekonomi Jepang yang membaik, pertumbuhan yang bertahap dan harapan atas kebijakan Perdana Menteri Jepang yang baru membuat yen Jepang cukup menarik untuk diperdagangkan,” tutup Sutopo.

Baca Juga: IHSG turun 0,91% ke 6.493 pada Selasa (2/11), asing mencatat net sell

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×