Reporter: Raka Mahesa Wardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) berencana mempercepat pembayaran surat utang yakni obligasi Bakrie Telecom I senilai Rp 650 miliar. Obligasi yang sejatinya baru jatuh tempo pada September 2012 itu, akan dilunasi sekitar Juli-Agustus 2012.
Surat utang itu diterbitkan pada 23 Agustus 2007 dan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 September 2007. Bunga obligasi bertenor lima tahun itu sebesar 11,9%, yang dibayarkan setiap tiga bulan sekali.
BTEL menjaminkan aset tetap berupa base transceiver station (BTS), peralatan transmisi, mobile switching center and base station controller untuk pelunasan obligasi tersebut. BTEL mengklaim sudah mengantongi semua dana untuk pelunasan itu, dari berbagai sumber. "Salah satunya kas perusahaan," kata Anindya Novyan Bakrie, CEO BTEL, Selasa (5/6).
Sekadar informasi, per akhir Maret 2012, kas dan setara kas BTEL hanya sebesar Rp 215,29 miliar. Sebelumnya, manajemen BTEL berencana untuk meminjam dari perbankan senilai Rp 500 miliar. Dana itu akan digunakan menutupi kekurangan pembayaran utang dan memenuhi kebutuhan modal kerja.
Sekitar Juli-Agustus, BTEL juga berencana merampungkan penerbitan saham tanpa hak memesan terlebih dahulu (HMETD) alias non preemptive right issue sebesar 10% dari total sahamnya. "Harganya sekitar Rp 265 per saham," kata Anindya.
Harga tersebut merujuk aturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), yakni menggunakan harga saham 25 hari sebelum diajukan ke Bapepam-LK. Jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak 2,85 miliar saham.
PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) akan menguasai 19% dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) akan menggenggam 2,3% saham. Sedang, shareholder yang mendaftar akan memiliki 6,7% dan sisanya milik publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News