Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kendati mencatatkan laba, kondisi keuangan PT Bumi Resources Mineral Tbk (BMRS) bisa dibilang belum sehat. Hal ini lantaran rasio liabilitas lancar perseroan terhadap aset lancar kian melebar.
Mengutip laporan keuangan perseroan per Juni 2015, total liablitas jangka pendek perseroan tercatat sebesar US$ 695,57 juta. Sementara, total aset lancar BRMS hanya US$ 5,3 juta. Artinya, rasio utang lancar terhadap aset lancar perseroan mencapai 131,23%.
Sedangkan, pada periode yang sama tahun lalu, rasionya sekitar 85%. Suseno Kramadibrata, Presiden Direktur BRMS menjelaskan, salah satu rencana strategis perseroan adalah meminta perpanjangan waktu pinjaman. Ia mengaku, pihaknya masih bergantung pada dukungan keuangan oleh entitas induk alias pemegang saham utama.
"Kelompok usaha telah menerima surat dari entitas induk yang menyatakan akan memberi dukungan keuangan atas penyelesaian kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan," jelasnya dalam laporan keuangan.
Hingga pengujung semester pertama 2015, total kewajiban jangka pendek perseroan bernilai US$ 249,11 juta. Sedangkan, total bagian pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun senilai US$ 446,45 juta.
Asal tahu saja, berdasarkan data RTI, pemegang saham utama BRMS masih dipegang PT Bumi Resources Tbk (BUMI). BUMI menguasai sebesar 25,52% saham BRMS. Per akhir kuartal II-2015, BUMI saja membukukan rugi bersih mencapai US$ 555,74 juta. Defisit laba perseroan pun membengkak dari US$ 1,29 miliar menjadi US$ 2,4 miliar.
Defisiensi modal (modal negatif) bersih perseroan pun kian besar, yakni sebesar US$ 1,3 miliar. Akhir Desember 2014, defisiensi modal BUMI sekitar US$ 733,04 juta. Total kewajiban BUMI pun masih menggunung, yakni mencapai US$ 5,69 miliar. Lalu, bagaimana BUMI akan menyelamatkan BRMS?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News