Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minimnya persaingan kinerja di industri perbankan syariah turut berpengaruh pada pergerakan saham-saham emiten di sektor tersebut. Di mana, hanya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang tercatat mampu mencetak imbal hasil positif sejak awal tahun.
Memang, saat ini penguatan industri perbankan syariah tengah digodok oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar mengalami penguatan bisnis. Salah satunya, OJK berharap adanya konsolidasi agar persaingan perbankan syariah pun ramai.
Jika dilihat, hanya BRIS satu-satunya raksasa di industri ini dengan aset melampaui Rp 300 triliun dan memiliki kapitalisasi pasar mencapai Rp 100 triliun. Saham BRIS juga tercatat naik sekitar 40,23% secara year to date (ytd) menjadi Rp 2.430 per saham jika menilik data RTI (5/3) pukul 14.45 WIB.
Baca Juga: Punya Fundamental Kuat, Saham BRIS Diproyeksi Tembus Rp 2.700 per
Itu sangat timpang jika dibandingkan dengan emiten bank syariah lainnya seperti PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), dan PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS).
Misalnya, BTPS yang sejak beberapa tahun terakhir tercatat mengalami tren penurunan harga meskipun pekan lalu sempat di tren kenaikan. Sejak awal tahun saja atau ytd, BTPS telah terkoreksi sebanyak 19,23% menjadi Rp 1366 per saham per 5/3 pada pukul 14.45.
Sementara itu, BANK juga mencatat koreksi lebih dalam jika dilihat sejak awal tahun mencapai 20,16%. Hingga perdagangan pukul 14.45, BANK telah terkoreksi 7,04% dari hari sebelumnya dengan harga Rp 990 per saham.
Baca Juga: Laba Tumbuh Hingga 33%, Akankah BSI Kembali Bagi Dividen di Tahun Ini?
Sedikit berbeda, PNBS justru tercatat memiliki pergerakan harga yang lebih datar. Mengingat, harga saham dari anak usaha dari Bank Panin ini sudah menjadi saham gocapan.
Melihat kondisi tersebut, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus bilang sejauh ini memang yang harus dilakukan adalah memperkuatan fundamental bank syariah yang saat ini ada.
Menurutnya, hanya dengan begitu, market share syariah yang sejatinya besar ini dapat dilakukan penetrasi agar bisa mendorong peningkatan nasabah syariah yang selama ini mungkin terabaikan.
“Hal tersebut yang sudah dilakukan oleh BRIS, dimana mereka telah melakukannya dan terlihat bagaimana dampak positif yang diberikan,” ujar Nico.
Baca Juga: Analis Proyeksikan Saham BRIS Bisa Tembus Rp 2.700 Per saham, Ini Analisanya
Di sisi lain, ia melihat ada peluang bagi BANK yang merupakan satu-satunya bank digital syariah. Namun, ia berpendapat penetrasi melalui ekosistem digital belum tergarap secara maksimal oleh bank tersebut.
Padahal, ia melihat perlu ada sentimen untuk mengembangkan perbankan digital untuk syariah agar saham-saham bank syariah ini bisa dilirik. Karena dengan market share yang begitu besar, bank syariah membutuhkan penetrasi melalui ekosistem digital agar peningkatan nasabah pun akan jauh lebih cepat.
“Rekomendasi untuk bank syariah ini hold untuk BRIS di Rp 2.550,” ujar Nico.
Sementara itu, CEO Edvisor, Praska Putrantyo melihat perkembangan kinerja perbankan syariah yang tercatat di bursa saham masih cenderung variatif, baik dari segi pergerakan harga sahamnya maupun kinerja keuangannya.
Hal tersebut berbeda dengan bank-bank konvensional yang hampir seragam mencatatkan pertumbuhan kinerja dan harga saham yang cenderung sama-sama mencetak pertumbuhan.
“Kondisi itu diperkirakan karena kinerja pertumbuhan di pos pendapatan dan laba dari bank syariah yang tercatat di bursa juga relatif bervariasi,”ujar Praska.
Baca Juga: Kinerja PermataBank Tahun 2023 Tumbuh Konsisten
Ambil contoh, BRIS yang mampu menumbuhkan labanya hingga 33,8% menjadi senilai Rp 5,7 triliun. Di sisi lain, BTPS justru mencatat penurunan laba 38,9% menjadi Rp 1,08 triliun dan laba PNBS juga tercatat turun 2,33% menjadi Rp 244,7 miliar.
Praskan pun menyorioti perbedaan kapitalisasi pasar serta nilai total aset yang akahirnya diperkirakan mempengaruhi kemampuan bank dalam menjaga pertumbuhan di tengah tantangan ekonomi, khususnya di era suku bunga yang sedang tinggi.
“Namun, secara agregat, tingkat permodalan dari perbankan syariah serta NPL secara rata-rata masih mampu terjaga dengan baik,” ujarnya.
Praska bilang seharusnya ada inovasi pada produk-produk di industri perbankan syariah yang bisa mengimbangi dengan perbankan konvensional maupun digital. Ini pun sejalan dengan dorongan OJK agar bank syariah mampu membuat produk yang benar-benar unik dan berbeda.
Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga Acuan, Begini Arah IHSG dan Rekomendasi Saham Unggulan Analis
Selain itu, pertumbuhan penyaluran kredit lewat peningkatan penetrasi pasar yang memenuhi prinsip syariah.
Praska pun menyarankan agar lebih selektif jika ingin masuk ke saham perbankan syariah. Caranya dengan mencermati saham bank syariah yang konsisten mencetak pertumbuhan pos pendapatan dan laba, serta valuasi yg menarik.
“Contohnya BRIS dengan rekomendasi buy on weakness di level Rp 2170, mengingat saham BRIS telah melaju signifikan dalam 3 bulan terakhir. Target BRIS di Rp 2800,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News