Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mulai melirik pendanaan melalui aksi initial public offering (IPO). Kabar teranyar, PT BRI Syariah sudah mendiskusikan rencana IPO bersama pengurus Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggelar rangkaian mini expose.
Dalam waktu dekat, anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) itu berencana menawarkan saham perdana. Untuk melancarkan rencana aksi tersebut, BRI Syariah akan menggunakan kinerja buku per Desember 2017.
Dengan demikian, paling lambat bank syariah ini akan mencatatkan saham perdana (IPO) di BEI pada akhir semester I-2018. Jika target tersebut berjalan lancar, maka BRI Syariah akan menjadi emiten perbankan kedua yang masuk bursa saham Indonesia, setelah PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS).
Di BEI, PNBS mencatatkan kapitalisasi pasar (market cap) senilai Rp 1,34 triliun. Per 28 Februari 2018, komposisi pemegang saham PNBS meliputi PT Bank Panin Tbk (PNBN) yang menguasai 42,85% saham, kemudian Dubai Islamic Bank sebesar 38,25% saham. Adapun investor publik memiliki 18,90% saham.
Harga saham PNBS kemarin merosot 4,88% menjadi Rp 78 per saham. Namun sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), harga saham PNBS sudah menguat 20%. Sedangkan dalam setahun terakhir atau year-on-year (yoy), harga PNBS justru merosot 25,71%.
Kinerja saham syariah memang belum memuaskan. Di BEI, indeks saham syariah terhimpun dalam dua kelompok. Pertama, Jakarta Islamic Index (JII), hanya tumbuh 0,90% (ytd), atau di bawah pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 3,07% (ytd). Meski demikian, kelompok kedua, yakni Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) masih tumbuh lebih baik, yakni sebesar 2,29% (ytd).
Suntikan modal
Sejatinya, BRI Syariah memiliki persiapan yang cukup matang untuk masuk bursa saham. Sebab, bank syariah ini bakal disokong penuh induk usahanya. Upaya BRI Syariah untuk go public memang merupakan bagian dari rencana ekspansi perusahaan tersebut.
Selain menggunakan dana IPO, manajemen BRI Syariah tentu mengharapkan suntikan dana dari sang induk, BBRI, untuk masuk menjadi kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) III.
Pada Jumat (2/3) pekan lalu, BBRI mengumumkan telah menyuntikkan modal senilai Rp 1 triliun kepada BRI Syariah. Saat ini, BRI Syariah memiliki modal inti sebesar Rp 2,45 triliun. Adapun bank BUKU III wajib memiliki modal inti antara Rp 5 triliun hingga Rp 30 triliun.
Dalam rencana aksi korporasi ini, BRI Syariah telah menunjuk empat penjamin pelaksana emisi, yaitu Bahana Sekuritas, Danareksa Sekuritas, CLSA Sekuritas Indonesia, dan Indopremier Securities. "Intinya, kami ingin menjadi bank BUKU III," ungkap Hadi Santoso, Direktur Utama BRI Syariah, Senin (5/3).
Kelak, BRI Syariah akan listing dengan menjual 30% saham. Meski demikian, Hadi enggan menyebutkan target dana IPO. Sebelumnya, koran ini memberitakan BRI Syariah mengincar dana IPO senilai Rp 1 triliun (KONTAN, 27 Februari 2018).
Analis Bahana Sekuritas, Muhammad Wafi, mengemukakan sektor perbankan masih memiliki potensi yang cukup bagus pada tahun ini. "Sektor perbankan masih positif dalam outlook kami," kata dia, kemarin.
Di sisi lain, saham anak usaha BUMN masih layak untuk dipertimbangkan oleh investor. Meski demikian, beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membeli saham-saham IPO, yakni fundamental, valuasi, dan kapitalisasi pasar. Selain ukuran IPO, outlook calon emiten pun harus dipertimbangkan. "Tingkat kelayakan dari pembelian saham IPO akan sangat tergantung dari masing-masing emiten," imbuh Wafi.
Selain BRI Syariah, ada 17 anak BUMN yang siap go public. Mereka antara lain Adhi Persada Gedung, HK Realtindo, dan Indonesia Kendaraan Terminal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News