Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Uni Eropa sepakat memberikan kelonggaran pada Inggris untuk memperpanjang Brexit. Sejatinya, Inggris dijadwalkan akan keluar dari Uni Eropa, Kamis (31/10) ini. Hanya saja, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson gagal mencapai kesepakatan mengenai Brexit dengan parlemen Inggris.
Kondisi ini sebenarnya berpeluang menjadi katalis negatif terhadap mata uang poundsterling. Analis mengungkapkan, poundsterling masih akan menguat dibandingkan pasangan mata uang lainnya. Hanya saja hingga pukul 15.15 WIB, mata uang poundsterling hanya menguat terhadap euro dengan nilai 0,8626. Sedangkan pada pasangan lainnya seperti GBP/USD dan GBP/JPY masih tertekan dengan masing-masing di nilai 1,2848 dan 139,859.
Baca Juga: Menanti kepastian Brexit, pasangan kurs poundsterling rentan berubah
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menyampaikan, sebenarnya tekanan terhadap poundsterling bisa dihambat dengan sentimen pasangannya seperti GBP/USD. Ia melihat dollar AS masih akan melemah hingga hasil rapat FOMC pekan ini.
"Akan ada kemungkinan bank sentral AS memangkas suku bunga dan bisa mempengaruhi pelemahan mata uang dollar AS," ujar Ibrahim.
Selain itu, tekanan terhadap dollar AS terjadi karena ada rencana pertemuan kembali antara AS dan China di Chili. Rencananya, Ibrahim menyampaikan sudah ada draft-draft yang sudah siap ditandatangani oleh kedua negara ini yang berisi kesepakatan.
Namun, Ibrahim menyatakan poundsterling sewaktu-waktu bisa jatuh jika bank sentral AS tak jadi memangkas suku bunga dan ada perkembangan baru dari hubungan dagang AS-China yang kembali memanas.
Hal ini karena dengan perpanjangan batas Brexit akan menambah ketidakjelasan dari kondisi ini. "Tetapi kalau tidak ada informasi terbaru dari AS, bisa saja poundsterling akan jatuh," jelas Ibrahim.
Selain GBP/USD, pada pasangan lainnya seperti EUR/GBP dan GBP/JPY dinilai sterling masih bisa menguat.
Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan masih ada katalis negatif untuk euro dan yen Jepang yang menahan tekanan pada poundsterling.