Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Grup Sinar Mas telah resmi mengambil alih PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). Namun emiten pertambangan itu belum menemukan jalan keluar untuk merestrukturisasi utang obligasinya yang bernilai US$ 950 juta. BRAU pun mempertimbangkan opsi restrukturisasi lain.
Salah satu alasan pengkajian opsi restrukturisasi lain itu lantaran Sinar Mas mendapat gugatan dari Raiffeisen Bank International AG (RBI). Pasalnya, anak usaha Sinar Mas yakni Asia Coal Energy Ventures (ACE) tak membayarkan utang induk BRAU yaitu Asia Resources Minerals Plc (ARMS). Utang yang harus ACE bayarkan sebesar US$ 120 juta dan telah melewati jatuh tempo.
"Itu bagian yang juga kita pertimbangkan dan kita berharap tidak gagal. Kita berharap ini bisa selesaikan. Kita sudah bicara dgn ACE," ucap Direktur Independen BRAU Arief Wiedhartono, Rabu, (21/10).
Meski begitu, Arief mengaku belum bisa menyampaikan opsi apa saja untuk merestrukturisasi utang BRAU. Saat ini, BRAU masih melakukan audit dan memetakan kajian bisnisnya dalam 5 tahun ke depan. Setelah itu selesai, barulah BRAU akan menyampaikan opsi-opsi restrukturisasi utangnya.
Namun disebutnya, BRAU masih mempertimbangkan proposal restrukturisasi awal. Sebelumnya, BRAU akan menerbitkan obligasi baru sebesar US$ 387,53 juta yang jatuh tempo di 2019. Dana itu akan digunakan untuk menukar obligasi US$ 450 juta yang jatuh tempo Juli lalu.
Kemudian, BRAU juga akan menerbitkan obligasi baru US$ 443,72 juta yang jatuh tempo Desember 2020 untuk menukar obligasi US$ 500 juta sebelumnya yang jatuh tempo di 2017. Selain itu, Sinar Mas juga akan injeksi modal kepada BRAU.
Ia menargetkan, proses restrukturisasi utang ini dapat selesai sebelum pergantian tahun. Prosesnya antara lain sepaket mulai dari audit, pembuatan rencana bisnis, dan putusan skema restrukturisasi.
"Setelah ada kesepakatan, kita kabari lagi. Opsinya kita berharap yang terbaik," sebut Direktur Utama BRAU Fuganto Widjaja.
Sekedar informasi, Sinar Mas resmi menggenggam BRAU pada Agustus lalu. Sinar Mas mengambil 73,34% saham ARMS melalui ACE. Adapun, sebanyak 84,74% saham BRAU digenggam oleh Vallar Investment UK Limited yang dimiliki secara tak langsung oleh ARMS.
Dengan menjadi milik Sinar Mas, Arief yakin pasar BRAU akan terbuka. BRAU pun akan berfokus mengembangkan batubara dengan adanya rencana proyek pembangkit listrik 35.000 MW listrik oleh pemerintah. Ia merasa BRAU mampu meningkatkan penggunaan batubaranya untuk pembangkit listrik. Sehingga penawaran batubara BRAU ke pasar domestik akan meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News