Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sikap kebijakan moneter Bank Sentral Jepang alias Bank of Japan (BOJ) yang tetap dovish akan berimbas positif bagi pasar Surat Utang Negara (SUN).
Mengacu Bloomberg, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda pada pertemuan 28 Juli 2016 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level minus 0,1%. Memang ini di luar ekspektasi pasar yang berspekulasi bahwa BOJ akan kembali memangkas suku bunga menjadi minus 0,2%.
Namun, sikap pelonggaran kebijakan moneter BOJ terus berlanjut. Negeri Sakura memutuskan untuk membeli exchange traded funds (ETF) senilai US$ 26 miliar per tahun. Hal ini ditujukan untuk menggenjot kepercayaan pasar pasca volatilitas akibat Brexit serta perlambatan ekonomi di pasar negara berkembang.
Fasilitas pinjaman dollar juga kian diperbesar. Kuroda menyatakan bahwa pelonggaran kebijakan moneter akan terus berlanjut apabila dibutuhkan.
Sikap dovish BOJ pun berimbas positif bagi pasar SUN. Mengacu Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per Jumat (29/7), indeks komposit obligasi domestik (Indonesia Composite Bond Index) terangkat 0,3% dibandingkan hari sebelumnya ke level 212,66. Year to date, indeks sudah melaju 16,03%.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra optimistis, langkah BOJ yang melanjutkan stimulus akan menambah daya tarik pasar obligasi Indonesia. Investor asing bakal kian gencar berburu Surat Berharga Nrgara (SBN) di waktu mendatang.
Mengacu data SUN dwi mingguan DJPPR per 26 Juli 2016, kepemilikan asing di SBN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 661,05 triliun atau 39,64% dari total outstanding Rp 1.667,82 triliun. Made menduga, hingga akhir tahun 2016, porsi asing akan menggemuk menjadi 40% - 42%.
Sebab, sepertiga dari obligasi negara di dunia memberikan imbal hasil negatif, termasuk Jepang. Aksi dovish ini kian menambah daftar kebijakan bank-bank sentral di dunia yang menggelontorkan stimulus guna mendongkrak ekonomi.













