Reporter: Kun Wahyu Winasis, Amailia Putri Hasniawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kinerja PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) di semester I-2010 masih belum menggembirakan. Akibat utang yang menumpuk, pendapatan grup usaha ini tersedot untuk membayar bunga utang. Akibatnya, per semester I-2010, BNBR kabarnya merugi Rp 350 miliar.
Sumber KONTAN menuturkan, sampai akhir Juni, perusahaan ini sesungguhnya meraih pendapatan sekitar Rp 6 triliun. Jumlah itu hampir dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama pada 2009 sebesar Rp 3,4 triliun. "Laba usaha semester I sekitar Rp 600 miliar," ujar si sumber kemarin (7/9).
Di akhir Juni 2009, laba usaha BNBR hanya sebesar Rp 399,75 miliar. Pada separuh pertama lalu, pendapatan beberapa anak usaha BNBR memang meningkat.
Contohnya, pendapatan PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) naik dari 8,93% Rp 1,04 triliun menjadi Rp 1,13 triliun. Kemudian, pendapatan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) mencapai Rp 1,77 triliun, naik 3,1% daripada periode yang sama pada 2009, sebesar Rp 1,66 triliun.
Lonjakan pendapatan BNBR selama periode Januari-Juni 2010 lalu lebih banyak ditopang PT Petromine Energy Trading (PET). Lewat cucu usahanya ini, BNBR mengantongi pendapatan US$ 256,69 juta. PET meraih pendapatan ini dari transaksi dengan PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Pada periode yang sama 2009, Petromine belum memberikan kontribusi ke BNBR, lantaran baru diakuisisi pada September 2009.
Beban bunga membengkak
Persoalannya, peningkatan pendapatan BNBR tersebut tak berbanding lurus dengan laba bersihnya. Menurut sumber KONTAN, akibat beban bunga yang menumpuk, BNBR justru merugi sebesar Rp 350 miliar. "Kerugian itu lebih disebabkan beban bunga pinjaman," ujar si sumber.
Pada semester I lalu, beban bunga sejumlah anak usaha BNBR memang melonjak tajam. Pada periode itu, beban bunga UNSP naik dari Rp 111,50 miliar menjadi Rp 212,90 miliar. Sementara beban bunga BTEL mencapai Rp 206,32 miliar, naik 95,28% ketimbang semester I-2009 sebesar Rp 105,65 miliar. Akibatnya, laba bersih UNSP susut 26,67% menjadi Rp 99,13 miliar. Adapun laba BTEL terpangkas 96,63% dari Rp 72,80 miliar menjadi Rp 2,71 miliar.
Senior Vice President Corporate Affairs BNBR Sidharta Moersjid masih enggan menanggapi kabar mengenai kinerja BNBR di semester satu tersebut. Menurut dia, BNBR sedang merampungkan laporang keuangan. "Saya belum bisa berkomentar," ujar dia kepada KONTAN, kemarin (6/9).
Ari Pitoyo, Kepala Riset Mandiri Sekuritas, mengatakan bahwa kinerja BNBR sangat ditentukan perfoma anak usahanya. Jadi, apabila keuntungan anak usaha turun, secara otomatis laba bersih BNBR akan ikut mengempis.
Ari juga melihat pendapatan BNBR dari sektor usaha lain, seperti Petromine Energy Trading masih kecil. "Marginnya tipis," katanya, Senin (6/9).
Kemarin, harga saham BNBR tetap anteng berada di level Rp 50 per saham. Meski harganya tak bergerak, volume transaksi saham ini mencapai 114,36 juta saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News