Reporter: Amailia Putri, Raka Mahesa, Rizki Caturini | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) menyapih tiga anak usahanya. BNBR berniat melepas kepemilikan sahamnya di PT Bakrie Tosanjaya, PT Bakrie Pipe Industries (BPI) dan PT South East Asia Pipe Industries (SEAPI).
Mekanisme penjualan saham ketiga perusahaan tersebut tidak sama. Direktur Keuangan BNBR, Eddy Soeparno, menyatakan, Bakrie Tosanjaya yang bergerak di bisnis pabrikasi besi cor, merupakan satu-satunya anak usaha yang akan ditawarkan melalui initial public offering (IPO). Dalam rencana terkini BNBR, IPO Bakrie Tosanjaya digelar antara akhir tahun ini hingga awal tahun depan.
Namun, BNBR belum menentukan jumlah kepemilikan yang akan dilepas di IPO. Saat ini, porsi kepemilikan BNBR di Tosanjaya adalah 99,99%. "Yang jelas, kami akan mempertahankan porsi kepemilikan saham mayoritas," ujar dia, kemarin (10/1).
Yang juga sudah terungkap adalah target perolehan dana IPO Bakrie Tosanjaya, yaitu Rp 1 triliun. Target itu terbilang ambisius mengingat nilai aset Tosanjaya kini berkisar Rp 457,43 miliar. Tanpa mengungkap caranya, BNBR menargetkan nilai aset Bakrie Tosanjaya bisa mencapai Rp 2,5 triliun, saat IPO.
Dua anak usaha yang lain, BPI dan SEAPI, akan ditawarkan BNBR ke sejumlah investor di Eropa, Amerika Latin dan Asia. Porsi kepemilikan BNBR di BPI dan SEAPI masing-masing adalah 99,9% dan 98,2%. "Rencananya perseroan akan melepas sekitar 40% dari total kepemilikan," ujar dia.
Pembicaraan dengan beberapa investor sudah hampir final. Eddy enggan menyebutkan nilai divestasi kedua anak usahanya ini. Ia hanya menyebut, penetapan harga jual di atas nilai aset perusahaan.
Menguntungkan induk
Berdasar laporan keuangan konsolidasi BNBR per kuartal III 2011, nilai aset BPI adalah Rp 1,79 triliun, sedang SEAPI memiliki aset sebesar Rp 583,38 miliar.
Menurut Eddy, ketiga perusahaan itu ditawarkan karena termasuk aset non-inti BNBR. Kontribusi ketiga perusahaan itu terhadap kinerja BNBR termasuk minim.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Securities, Satrio Utomo, menilai, alasan BNBR melepas ketiga aset non-inti adalah memperbaiki kinerja perusahaan. “Selain itu, menawarkan saham anak perusahaan ke publik, ujung-ujungnya bisa dilihat sebagai upaya mendongkrak harga saham si induk, yaitu BNBR," kata Satrio.
Setelah mencatatkan saham di bursa, kinerja Bakrie Tosanjaya akan terlihat jelas oleh publik. Jadi, divestasi terlihat lebih fair. Harga BNBR, Jumat (20/1) tidak bergerak dari Rp 51 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News