Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengalokasikan sebagian besar belanja modal untuk keperluan teknologi informasi (TI). Dari total capital expenditure (capex) tahun ini sebesar Rp 1 triliun, sekitar Rp 600 miliar - Rp 700 miliar dialokasikan untuk pengembangan sistem TI.
Chief Finansial Officer BMRI Pahala N. Mansyuri menyebutkan, BMRI memakai dana itu untuk menambah mesin ATM baru, mengganti mesin ATM yang usang, serta memenuhi jaringan TI kantor cabang baru dan gerai-gerai pelayanan mikro atau Micro Busniess Unit (MBU). "Tahun ini kami akan menambah 1.000 unit ATM baru, mengganti 1.500 ATM lama, membangun 60 cabang dan menambah 500 outlet mikro di sejumlah daerah," beber Pahala, akhi pekan lalu.
Namun, hingga semester I 2010, realisasi capex untuk TI baru sekitar 24%. Kendati demikian, Pahala yakin di paro kedua tahun ini alokasi dana TI terserap seluruhnya.
Sampai dengan Juni 2010, total ATM BMRI yang tersedia mencapai 5.224 unit. Sementara kantor cabangnya sebanyak 1.180 unit dan MBU 871 unit. Adapun mesin electronic data capture (EDC), alat gesek untuk kartu ATM dan kartu kredit, 6.271 unit.
Pengembangan TI bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan bertransaksi bagi para nasabah. Pahala percaya, kenyamanan dan kemudahan transaksi bisa menjadi salah satu pendongkrak dana pihak ketiga (DPK).
Hingga semester I 2010, DPK yang masuk di bank beraset terbesar se-Indonesia ini mencapai Rp 326,67 triliun. Angka ini meningkat 13% ketimbang Semester I 2009.
BMRI juga berharap, dengan peningkatan kualitas layanan TI, perolehan pendapatan berbasis komisi atau fee based income juga bisa dimaksimalkan.
Performa fee based income BMRI sepanjang semester I ini cukup baik, tumbuh 40% dibandingkan semester I 2009, menjadi Rp 3,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News