Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Harga Bitcoin kembali menunjukkan ketahanan dengan reli 3,5% sejak 7 Juni, menyentuh level US$108.500 pada perdagangan awal pekan ini.
Namun, sejumlah analis memperingatkan bahwa reli tersebut bisa saja tertahan di bawah US$110.000, mengingat korelasi Bitcoin yang masih tinggi terhadap pasar saham dan ketidakpastian ekonomi AS yang masih menghantui.
Baca Juga: Bitcoin Berpotensi Tembus Rekor Tertinggi pada Q3 2025, Meniru Pola Kenaikan Emas?
Melansir Coinmarketcap Selasa (10/6), pukul 10.06 WIB harga Bitcoin sekitar US$109.729 atau 3,86% dalam 24 jam terakhir.
Meskipun berada hanya 3% di bawah rekor tertingginya di US$111.965 pada 22 Mei lalu, para trader profesional masih berhati-hati.
Indikator pasar derivatif menunjukkan bahwa sentimen belum sepenuhnya optimis, dengan premi futures Bitcoin masih stabil di sekitar 5%, level yang biasanya mencerminkan kondisi pasar netral.
Beberapa analis memang memproyeksikan potensi kenaikan Bitcoin hingga US$150.000, terutama bila ketidakpastian fiskal AS meningkat seiring rencana kenaikan plafon utang pemerintah sebesar US$4 triliun.
Namun, data pasar mencerminkan keraguan jangka pendek, diperparah oleh tekanan makroekonomi dan kesalahpahaman terhadap potensi efek kelangkaan pasokan Bitcoin.
“Reli ini tidak didorong oleh spekulasi leverage berlebih, yang justru menunjukkan fondasi pasar yang sehat,” tulis laporan tersebut.
“Namun, selama kekhawatiran akan resesi terus berlanjut, Bitcoin kemungkinan sulit menembus dan bertahan di atas US$110.000.”
Baca Juga: Harga Bitcoin Kembali Menembus Level US$ 110.000, Siap Ukir Rekor Tertinggi Baru?
Korelasi Erat dengan Saham
Korelasi Bitcoin dengan indeks S&P 500 saat ini berada di 82%, mengindikasikan bahwa pergerakan harga BTC masih selaras dengan aset berisiko lainnya.
Dalam empat minggu terakhir, korelasi ini tetap tinggi, mencerminkan bahwa investor masih menganggap Bitcoin sebagai aset risk-on alih-alih lindung nilai.
Kondisi ini memperkuat kekhawatiran bahwa gejolak ekonomi global, seperti perang dagang dan suku bunga tinggi, akan terus menjadi hambatan bagi Bitcoin dalam jangka pendek.
Meski demikian, BTC secara desain justru diciptakan sebagai alternatif di tengah ketidakstabilan ekonomi dan keuangan.
Optimisme Moderat di Kalangan Trader
Rasio margin long-to-short di bursa OKX menunjukkan posisi long mendominasi empat kali lipat dibanding posisi short.
Meski angka ini belum tergolong ekstrem, indikator tersebut mencerminkan optimisme yang masih ada di pasar. Dalam kondisi bullish ekstrem, rasio ini bisa mencapai lebih dari 20 kali.
Baca Juga: Konsolidasi Tanpa Katalis, Harga Bitcoin Stabil di Atas US$ 100.000
“Tidak ada indikasi bahwa investor besar atau market maker tengah bersiap menghadapi kejatuhan harga BTC,” ungkap laporan tersebut.
Adapun potensi arus keluar modal dari obligasi pemerintah AS bisa menjadi katalis tambahan bagi Bitcoin.
Bila hanya sebagian kecil dana berpindah dari pasar obligasi (senilai puluhan triliun dolar) ke Bitcoin, harga aset digital ini bisa menembus US$150.000 dalam waktu relatif singkat.
Namun untuk saat ini, dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia dan risiko resesi masih menjadi tekanan utama yang membatasi lonjakan harga BTC lebih lanjut.
Selanjutnya: SPMB 2025 Kota Tangerang: Cek Jadwal Pendaftaran Jenjang SD & SMP
Menarik Dibaca: Panduan Diet IF 16/8 yang Punya Banyak Manfaat untuk Kesehatan Tubuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News