Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
Bisnis menara telekomunikasi makin stabil karena minim sentimen negatif. Sejatinya, sentimen negatif TOWR bisa datang dari operator telekomunikasi yang melakukan merger atau penggabungan usaha.
"Seperti XL yang mengakuisisi Axis membuat XL harus memangkas overlap dan TOWR kini tidak lagi menerima sewa menara dari XL dan Axis secara masing-masing," kata Kiswoyo.
Namun, Kiswoyo mengamati dari jumlah operartor telekomunikasi yang itu-itu saja, membuat kemungkinan merger saat ini kecil terjadi.
Baca Juga: Sarana Menara Nusantara (TOWR) Kantongi Kontrak Jangka Panjang Rp 42,6 Triliun
Oleh karena itu, tantangan bagi TOWR ke depan bukan dari pasar melainkan bagaimana kekuatan TOWR untuk meningkatkan kualitas dan ekspansi pembangunan menara baru.
Dibanding dengan kompetitor, Kiswoyo melihat kondisi keuangan TOWR cukup sehat. Hingga akhir tahun, Kiswoyo memproyeksikan TOWR berpotensi meraih kenaikan laba bersih dan pendapatan 5%-10%.
Kiswoyo merekomendasikan buy di target harga Rp 700 per saham hingga akhir tahun.
Raymond memproyeksikan buy di target harga Rp 875 per saham. Lucky juga merekomendasikan buy di target harga Rp 870 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News