kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis sapi jadi instrumen investasi bos PT PP


Sabtu, 23 September 2017 / 20:10 WIB
Bisnis sapi jadi instrumen investasi bos PT PP


Reporter: Riska Rahman | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - Meski sudah berstatus petinggi sebuah perusahaan badan usaha milik negara (BUMN), Tumiyana tak lantas hanya mengandalkan gaji sebagai sumber keuangan. Direktur Utama PT PP Tbk (PTPP) ini juga memutar uangnya di tempat lain agar penghasilannya tak melulu bergantung pada pekerjaannya. Penghasilan dari pekerjaan saja tidak cukup karena ada batasan umurnya, tutur dia.

Kesadaran inilah yang membuat Tumiyana mulai investasi. Sejak umur 28 tahun, Tumiyana sudah mulai memutar otak untuk menginvestasikan sebagian pendapatannya agar bisa terus menghasilkan penghasilan baru untuk jangka panjang.

Awalnya, ia mulai mempelajari pentingnya berinvestasi dari buku. Lama kelamaan, ia sadar bahwa tak selamanya bisa menjadi pengikut. Karena itu Tumiyana memutuskan untuk memulai investasi sendiri agar tak terus-terusan jadi pengikut alias follower.

Pilihan awal investasinya pun cenderung unik. Pria kelahiran tahun 1965 ini tidak masuk ke instrumen investasi konservatif, seperti saham, obligasi atau emas sebagai alat investasi. Tumiyana memilih untuk masuk ke instrumen investasi yang memang disenanginya, yakni bisnis peternakan sapi.

Saya hidup di kampung, jadi sapi itu jadi bagian kehidupan. Ini yang membuat saya senang dengan bisnis ternak sapi, kata lelaki kelahiran Klaten, Jawa Tengah ini.

Dia mulai melakoni bisnis tahun 1995. Di masa awal, ia memulai dengan 16 ekor sapi. Sebagai modal untuk membeli sapi, Tumiyana mengajukan pinjaman ke bank sebesar Rp 200 juta.

Pilihan Tumiyana menginvestasikan dana di bisnis sapi ternyata jitu. Dua puluh dua tahun memutar uang di bisnis ini, ternak sapi yang awalnya hanya 16 ekor kini sudah menjadi 38.000 ekor.

Tentu dalam perjalanan panjangnya melakoni bisnis ini, Tumiyana menghadapi banyak tantangan, apa lagi di tahun pertama dan kedua berbisnis sapi. "Di tahun ketiga saya sudah mendapat ritmenya, sampai akhirnya bisa bertahan sampai sekarang, kenang dia.

Berbagai pengalaman untung dan rugi pernah ia rasakan. Namun, pengalaman yang paling diingat adalah di tahun 2012. Saat itu, kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) naik ke level Rp 8.000 per dollar AS dari sebelumnya sekitar Rp 12.000 per dollar AS. Penguatan rupiah ini membuat Tumiyana mampu meraup untung besar yang tak pernah ia lupakan seumur hidupnya.

Mulai diversifikasi

Tak puas dengan bisnis ternak sapi, Tumiyana mulai merambah ke bisnis komoditas, seperti beras. Hal ini dilakoninya sejak lima tahun yang lalu. Kebutuhan masyarakat Indonesia yang tinggi akan beras membuatnya tertarik untuk masuk ke bisnis makanan pokok ini.

Walau sudah masuk ke bisnis pertanian, pria 52 tahun ini tetap menjadikan sapi sebagai bisnis favoritnya. Ia pun mengaku tak berminat beralih ke instrumen konvensional lain, seperti saham.

Saya tidak terlalu berani bermain saham. Fluktuasinya kan tinggi, sementara saya ada kegiatan rutin di kantor, sehingga saya cari yang bisa dilepas saja, seperti ternak sapi, tutur pria yang akrab disapa Pak Tum oleh karyawannya di kantor.

Bermain di sektor riil tak membuat Pak Tum mengategorikan diri sebagai investor konservatif. Tumiyana mengaku ia termasuk kategori investor agresif, lantaran selalu memiliki leverage diri yang tinggi.

Ia pun menyarankan, bagi investor baru sebaiknya mulai mencari tantangan. Hidup ini bagaikan kurva parabola. Saat menjelang turun di titik puncak, kita harus terus bangun kurva kedua supaya semuanya bisa sustain. Kita harus terus berkembang dengan mencari tantangan baru agar terus bisa bertahan, pungkas Tumiyana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×