kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis ICBP dibayangi pelemahan rupiah


Rabu, 19 September 2018 / 21:55 WIB
Bisnis ICBP dibayangi pelemahan rupiah
ILUSTRASI. Mi instan Pop Mie


Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan rupiah dan persaingan yang ketat di industri konsumer menjadi tantangan tersendiri bagi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Kendati begitu, emiten tersebut diyakini masih memiliki prospek bisnis yang cerah mengingat adanya sejumlah katalis positif.

Analis MNC Sekuritas, Victoria Venny menyampaikan, posisi nilai tukar rupiah yang kian mendekati level Rp 15.000 per dollar AS dianggap sudah tidak wajar, sehingga dapat memperbesar risiko bisnis bagi ICBP.

Terlebih lagi, anak usaha PT Indofoof Sukses Makmur Tbk (INDF) memiliki kebutuhan impor yang tinggi untuk bahan baku produk-produknya, seperti tepung terigu, susu, hingga minyak goreng. “Lebih dari 70% komposisi bahan baku produk ICBP diimpor dari luar negeri, sehingga beban pokok penjualan perusahaan bisa meningkat” katanya, Rabu (19/9).

Walau demikian, ia telah mengetahui bahwa pihak ICBP telah melakukan berbagai antisipasi untuk menekan risiko volatilitas rupiah. Di antaranya dengan melakukan strategi transaksi hedging dan memperbesar porsi ekspor agar memperoleh keuntungan dari selisih kurs.

Selain itu, harga komoditas yang berkaitan dengan bahan baku produk ICBP juga cenderung murah untuk saat ini sehingga bisa mengurangi potensi bertambahnya beban kurs.

Tantangan ICBP bukan hanya itu. Emiten tersebut masih harus berurusan dengan tingkat persaingan yang cukup ketat di industri konsumer, khususnya produksi mie instan.

Menurut Venny, sengitnya persaingan terjadi seiring dengan perubahan pola gaya hidup sebagian masyarakat yang memilih untuk mengonsumsi produk makanan yang lebih sehat. Hal tersebut dibarengi pula oleh kehadiran produk mie instan dari competitor ICBP yang disebut-sebut dapat mengakomodasi perubahan konsumsi tersebut.

Sebut saja Fit Mee buatan PT Fit Indonesia yang dinilai rendah kalori. Ada pula Bakmi Mewah buatan PT Mayora Indah Tbk yang diklaim tanpa bahan pengawet dan pewarna. Belum lagi produk-produk mie instan dari pabrikan asing juga bersliweran di pasar domestik.

“ICBP harus bersaing dengan produsen mie instan dari dalam dan luar negeri,” terang Venny.

Terlepas dari itu, prospek ICBP masih positif dalam jangka pendek. Pasalnya, emiten ini menjadi salah satu sponsor ajang olahraga empat tahunan, Asian Games 2018 yang dihelat pertengahan Agustus lalu.

Lewat ajang tersebut, ICBP banyak melakukan promosi produk terpopulernya seperti Indomie dan Popmie. Di samping itu, perusahaan juga meluncurkan berbagai varian produk baru yang bertema Asian Games.

Dampak penjualan yang dilakukan sepanjang Asian Games berlangsung diharapkan meningkatkan kinerja ICBP secara langsung di kuartal ketiga tahun ini.

Katalis positif lainnya berasal dari hasil Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan Agustus oleh Bank Indonesia yang tercatat di level 121,6. Angka ini tetap berada di zona optimis walau sebenarnya terjadi penurunan dibandingkan pencapaian di bulan lalu di level 124,8.

Venny menilai, positifnya Indeks Keyakinan Konsumen menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih baik di tengah tren pelemahan rupiah. Alhasil, peluang ICBP untuk memaksimalkan penjualan produknya masih cukup terbuka.

Dia pun merekomendasikan beli saham ICBP dengan target Rp 9.600 per saham. Hari ini, saham ICBP ditutup turun 0,57% ke level Rp 8.725 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×