Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gugatan yang dilayangkan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) terhadap Binance mengancam prospek masa depan industri kripto. Permasalahan yang lebih serius dapat memicu kekhawatiran pasar yang besar.
CEO Triv Gabriel Rey menilai, gugatan SEC dan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) bakal menyebabkan kekhawatiran pasar yang besar. Apalagi bila gugatan ini berlanjut ke tingkat tuntutan pidana (criminal charge) yang membuat para petinggi Binance bisa dipenjara.
Jika operasi Binance dihentikan, aset kripto misalnya Bitcoin (BTC) akan jatuh kolaps di bawah level US$ 20.000 karena sentimen pasar akan berubah menjadi sangat negatif. Sebaliknya, jika tuntutan binance oleh SEC membaik lalu tidak ada black swan event atau peristiwa tak terduga yang memiliki pengaruh yang signifikan di pasar kripto, maka BTC diperkirakan berada di antara level US$20.000–US$ 35.000.
“Kalau tuntutan SEC dan CFTC berubah menjadi criminal charge terhadap Binance, Bitcoin bisa anjlok kembali di bawah US $20.000,” kata Gabriel kepada Kontan.co.id, Selasa (13/6).
Baca Juga: Investor Kripto Menunggu Kelanjutan Suku Bunga Fed dan Babak Baru Kasus Binance
Sebagai informasi, SEC Amerika Serikat menekan 13 dakwaan terhadap Binance termasuk tuduhan penawaran dan penjualan sekuritas yang tidak terdaftar, kegagalan untuk mendaftar sebagai bursa atau broker, dan percampuran dana. Binance terancam pembekuan aset.
Trader External Tokocrypto, Fyqieh Fachrur melihat isu SEC sejauh ini mulai mereda, tetapi untuk hasil yang konkret akan memakan waktu yang lama. Kasus SEC dengan sejumlah platform perdagangan aset kripto dinilai bakal menempuh jangka waktu yang panjang.
Saat ini, aset kripto membutuhkan dukungan anggota parlemen AS untuk mengubah narasi yang dilontarkan oleh SEC. Intervensi peningkatan aktivitas SEC akan tetap menjadi penghambat laju pasar kripto ke depan.
Seperti diketahui, isu SEC menggugat Binance menekan mayoritas aset kripto. Misalnya, BNB yaitu koin besutan Binance mencatatkan penurunan harga sekitar 15% dalam sepekan terakhir.
Fyqieh mengamati, BNB masih dalam proses pemulihan pasca anjlok lebih dalam pada pekan lalu yang disebabkan oleh permasalahan yang terjadi antara Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) dan Binance, yang juga melibatkan Changpeng Zhao (CZ) selaku CEO Binance.
Baca Juga: AS Perketat Regulasi, Bagaimana Prospek Pasar Kripto ke Depan?
Pergerakan harga kripto sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti permintaan pasar, sentimen investor, kondisi ekonomi global, dan perkembangan teknologi. Jaminan terhadap penguatan harga BTC kemungkinan masih terjadi menjelang halving Bitcoin pada tahun 2024.
Sentimen positif dan negatif dinilai masih seimbang untuk pasar kripto sejauh ini. Isu SEC sebenarnya tidak membuat harga kripto, terutama Bitcoin turun hingga di bawah level psikologisnya pada US$ 25.000.
“Artinya, pelaku pasar masih percaya akan masa depan kripto dalam jangka panjang,” jelas Fyqieh kepada Kontan.co.id, Selasa (13/6).
Dampak Masalah Binance Terhadap Industri Kripto Indonesia
Fyqieh berujar, situasi global dari adanya gugatan terhadap Binance memang sedikit menahan laju pertumbuhan transaksi perdagangan di Indonesia secara keseluruhan. Tetapi data transaksi atau daily trading volume Tokocrypto hingga awal Juni masih stabil di angka US$ 10.000-US$ 15.000 per harinya.
Baca Juga: Gara-Gara Transaksi Menggunakan Kripto, Pengusaha Rental Mobil di Bali Ditangkap
Tokocrypto memastikan bahwa aktivitas perusahaan dan transaksi perdagangan berjalan normal di tengah masalah yang menimpa Binance. Seperti diketahui, Tokocrypto merupakan bagian dari Binance setelah resmi diakuisisi pada akhir tahun lalu.
“Tokocrypto tetap berkomitmen terhadap kepatuhan terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku di Indonesia. Sangat penting bagi kami untuk menjaga integritas, kepercayaan pelanggan dan perlindungan aset pelanggan,” jelas Fyqieh.
Gabriel turut melihat gugatan SEC terhadap Binance mempunyai dampak yang minimal bagi industri kripto Indonesia. Aset kripto dinilai sangat aman karena payung hukumnya sudah jelas dan Indonesia sudah memiliki regulator yaitu Bappebti, sehingga kasus seperti SEC tidak akan terjadi di Indonesia.
Dengan melihat dominasi BTC hingga menyentuh 49% dari total aset kripto, Gabriel menyarankan untuk tidak menyentuh alternative coin (altcoin) terlebih dahulu sampai situasi pasar lebih kondusif.
Baca Juga: Pasar Kripto dalam Tekanan Jangka Pendek Usai Binance Digugat SEC
Fyqieh menyarankan investor sebaiknya melakukan diversifikasi portofolio dengan menambahkan berbagai aset kripto dalam kondisi sekarang. Langkah tersebut dapat membantu mengurangi risiko dan memastikan bahwa portofolio tidak terlalu bergantung pada satu jenis aset saja.
Bagi investor jangka panjang, bisa mulai menabung atau dollar cost averaging (DCA) secara rutin hingga 1 tahun ke depan, setelah halving Bitcoin. Ini merupakan sentimen yang sangat bagus. Kuncinya adalah konsisten untuk melakukan DCA dan tetap melakukan riset.
Menurut Fyqieh, kemungkinan Bitcoin akan mengalami penurunan dalam bulan Juni atau menutup semester I-2023. Target negatif yang dekat adalah di kisaran harga US$ 25.300 atau bahkan US$ 23.500.
Sementara jika ada sentimen positif, maka dapat dianggap sebagai kesempatan untuk melakukan pembelian. BTC akan bergerak menuju level resistensinya di US$ 26.500, jika pasar kripto bergerak positif seiring rilis data Consumer Price Index (CPI) AS dan keputusan suku bunga pada FOMC Juni 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News