Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
Dengan adanya aturan tersebut, emiten-emiten properti yang fokus menggarap high rise building akan lebih merasakan dampaknya dibandingkan emiten yang mengandalkan landed house atau rumah tapak. Sebab, kata Chris, waktu pengerjaan high rise building lebih lama ketimbang rumah tapak,
Sehingga perusahaan seperti PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) cenderung akan lebih stabil ketimbang perusahaan yang banyak menjual high rise.
Baca Juga: Emiten di papan akselerasi rentan risiko, apa saran analis?
Akan tetapi, lanjut Chris, yang terpenting adalah permintaan properti berpotensi bertumbuh sehingga nantinya pencatatan pendapatan akan ikut meningkat pula.
Menurut Chris saham-saham properti SMRA dan BSDE memiliki prospek yang lebih kuat ke depan.
Adapun kedua saham itu memiliki target harga Rp 1.300 untuk SMRA dan Rp 1.400 untuk BSDE. Adapun per Rabu (22/1), harga saham SMRA berada di level Rp 955, dan BSDE berada di level Rp 1.170.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News