kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bibit optimalkan peluang pertumbuhan industri reksadana


Senin, 10 Mei 2021 / 22:58 WIB
Bibit optimalkan peluang pertumbuhan industri reksadana
ILUSTRASI. Bibit.id


Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri reksadana beberapa tahun belakangan ini tumbuh cukup signifikan seiring tingginya minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal. Pandemi Covid-19, yang memukul pertumbuhan ekonomi sejak awal 2020, tidak membuat industri reksadana limbung.

Sebaliknya, industri ini tetap meningkat pesat, baik dari sisi investor, unit penyertaan modal hingga jumlah investasi.   

Tercatat, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana per Desember 2020 sebesar Rp573,5 triliun atau tumbuh 6% dari tahun lalu.

Berdasarkan data yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor di pasar modal tahun 2020 naik lebih dari 50% menjadi 3.871.248 dari sebelumnya 2.484.354 pada akhir tahun 2019.

Baca Juga: Valuasi tengah murah, reksadana berbasis saham jadi incaran investor bulan lalu

Jumlah investor reksadana di 2020 sudah tumbuh 78% menjadi 3,2 juta dibandingkan Desember 2019. Sedangkan per Maret 2021 jumlahnya meningkat lagi menjadi 3,5 juta Peningkatan jumlah investor tersebut salah satunya dipicu oleh digitalisasi di pasar modal, khususnya dalam pembukaan rekening investasi.

Proses know your customer secara elektronik (e-kyc) berhasil menstimulasi investor ritel untuk membuka rekening investasi. Digitalisasi memungkinkan proses onboarding nasabah terjadi secara cepat, mudah dan aman.    

Ketua Dewan Presidium Asosiasi Pelaku Reksadana & Investasi Prihatmo Hari Mulyanto menilai agen penjual reksadana (Aperd) digital memainkan peran penting di balik pertumbuhan industri reksadana dalam dua tahun terakhir.

Keberadaan Aperd Digital berhasil mendorong anak muda, milenial, dan digital savvy untuk mulai berinvestasi.

"Selain dipicu oleh teknologi dan perubahan perilaku konsumen, faktor lainnya adalah meningkatnya literasi masyarakat terkait produk keuangan khususnya investasi. Hal ini terwujud berkat program edukasi yang dilakukan bersama oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Self Regulatory Organizations (SRO), para pelaku, dan asosiasi," ujar Prihatmo dalam keterangan tertulis, Senin (10/5).




TERBARU

[X]
×