Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Realisasi penerbitan utang alias obligasi korporasi pada tahun ini relatif tinggi. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, per 8 April 2015, sudah 13 emisi obligasi anyar dari 12 perusahaan senilai total Rp 15,07 triliun. Adapun, sepanjang kuartal I-2015 nilai emisi sebesar Rp 12,27 triliun.
Analis BNI Securities I Made Adi Saputra mengatakan, realisasi penerbitan obligasi korporasi sepanjang kuartal I-2015 melonjak 135% ketimbang realisasi kuartal I-2014. Menurutnya, pada awal tahun ini, emiten sengaja memanfaatkan tren penurunan yield tingkat yield (SUN) sehingga bisa menekan tingkat kupon obligasi baru. "Meskipun tahun lalu, tren suku bunga sebenarnya sama seperti sekarang, di level 7,5%, tapi di tahun 2014 tidak ada tren penurunan yield SUN seperti di kuartal I-2015," ujar Made.
Selain itu, korporasi tengah mendiversifikasi sumber pembiayaan di awal tahun. Sejauh ini, penerbitan obligasi anyar didominasi perusahaan pembiayaan, seperti BCA Finance dan BFI Finance. Meski likuiditas perbankan sedang tinggi, tapi bank tetap membatasi pinjaman ke korporasi. "Penerbitan obligasi menjadi pilihan alternatif sumber dana pembiayaan," papar Made.
Lonjakan penerbitan obligasi juga didukung tingginya permintaan investor. Made bilang, investor lebih melirik obligasi korporasi ketimbang SUN. Maklum, yield SUN sudah rendah sehingga tidak menarik lagi bagi investor lokal, kecuali untuk trading.
Hingga tutup tahun ini, penerbitan obligasi korporasi baru akan lebih dipengaruhi faktor suku bunga Bank Sentral AS (fed fund rate). Menurut Made, jika ada sinyal kenaikan fed fund rate di semester II-2015, korporasi akan mengerem emisi. Sebaliknya, jika suku bunga AS dikerek tahun depan, perusahaan akan mengambil kesempatan menerbitkan obligasi baru pada sisa tahun ini.
Prediksi Made, realisasi penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun ini mencapai Rp 40 triliun hingga Rp 50 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News