kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biaya dana besar, laba BDMN tumbuh lambat


Selasa, 18 Februari 2014 / 06:27 WIB
Biaya dana besar, laba BDMN tumbuh lambat
ILUSTRASI. Liburan sambil usaha jastip adalah cara cerdas. Namun banyak hal yang harus disiapkan mulai dari modal hingga energi.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Perebutan likuiditas nasabah yang kian sengit memaksa PT Bank Danamon Tbk (BDMN) mengorbankan peluang untuk meraih pertumbuhan laba. Di saat bank lain menikmati kenaikan laba bersih lumayan besar, perolehan BDMN justru stagnan.

Sepanjang 2013, laba bersih BDMN ini hanya naik 0,75% menjadi Rp 4,04 triliun year-on-year (yoy). Tipisnya perolehan laba BDMN akibat kenaikan biaya dana atau cost of fund yang harus dikeluarkan induk dari PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) tersebut.

Ini merupakan efek samping dari kenaikan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup signifikan. Tahun lalu, dana deposito BDMN tumbuh lumayan besar, yakni 19% menjadi Rp 57,6 triliun. Padahal, beban biaya membengkak karena kenaikan bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate yang terbilang cepat di tahun lalu.

Syaiful Adrian, analis Ciptadana Securities menilai, kenaikan BI rate akan tetap menjadi hambatan utama BDMN di tahun ini. "BDMN akan tetap sulit memperbaiki net interest margin (NIM) karena tingginya suku bunga," kata dia, Senin (17/2). Di 2013, NIM yang diperoleh BDMN memang turun menjadi 9,6% dari tahun sebelumnya yang masih 10,1%.

Harsh Wardhan Modi, analis JP Morgan dalam risetnya, 12 Februari 2014, menulis, tantangan lain yang dihadapi sektor perbankan termasuk BDMN adalah tingginya beban operasional. Sepanjang tahun lalu, beban operasional BDMN naik sebesar 10% menjadi Rp 9,69 triliun per Desember 2013 dari periode sama 2012 yang tercatat Rp 8,80 triliun.

Salah satu penyebab kenaikan ini adalah ekspansi kantor cabang yang dilakukan BDMN. Kenaikan beban operasional bakal menggerus imbal hasil atas modal atau return on equity (RoE) BDMN di tahun ini.

Mendongkrak CASA

Meski hambatan yang dihadapi cukup banyak, bukan berarti BDMN tak memiliki sisi positif. Syaiful bilang, BDMN terlihat punya komitmen untuk mendongkrak pertumbuhan porsi tabungan dan giro alias current and saving account (CASA).

Tahun lalu, porsi CASA berkontribusi 48% dari total DPK BDMN. Porsi ini masih kecil dibandingkan bank lain. Namun, jika dibandingkan tahun sebelumnya, porsi CASA BDMN naik lumayan besar.

Di 2008 misalnya, porsi CASA hanya 26% dari DPK BDMN. Dua tahun berselang, BDMN berhasil mendongkrak porsi CASA ke level 40%. Kenaikan porsi CASA konsisten terjadi di 2012-2013 hingga mencapai 47%-48%.

"Bukan tidak mungkin porsi CASA BDMN bisa mencapai level tertinggi, yakni 50% di tahun ini," jelas Syaiful. Semakin tingginya porsi CASA tentu akan membuat BDMN lebih tahan dari kenaikan BI rate.

Pasalnya, biaya dana  CASA lebih rendah dibandingkan dana lainnya. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, Syaiful merekomendasikan, hold saham BDMN dengan target harga Rp 4.400 per saham.

Alexander Margaronis dan Kim Kwie Sjamsudin, analis BCA Sekuritas juga merekomendasikan hold saham BDMN dengan target Rp 4.200. Sementara, Harsh menyarankan, underweight untuk saham BDMN dengan target harga Rp 2.800 per saham.

Senin (17/2), harga BDMN ditutup turun 0,98% menjadi Rp 4.550 per saham.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×