kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI rate turun, pasar surat utang cerah


Rabu, 23 Maret 2016 / 08:40 WIB
BI rate turun, pasar surat utang cerah


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan, Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pasar obligasi bullish, pasca penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate ke level 6,75%. Tolok ukur kinerja pasar obligasi domestik, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) pekan 14 Maret-18 Maret 2016 mencatatkan return positif sebesar 7,56%.

Kurva yield obligasi domestik juga kompak bergerak bullish. Rata-rata yield obligasi pemerintah sepanjang tenor 1-30 tahun turun 13,81 basis poin secara week on week. Sedangkan rata-rata yield obligasi korporasi pada pekan tersebut turun 16,31% week on week.

Head of Fixed Income PT Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus memaparkan, total transaksi dan total frekuensi obligasi saat penurunan BI rate, Kamis (17/3), meningkat drastis dibandingkan hari sebelumnya.

Transaksi didominasi oleh obligasi bertenor 10 tahun hingga 15 tahun, diikuti dengan tenor 15 tahun hingga 20 tahun dan tujuh hingga 10 tahun. Obligasi berdurasi jangka menengah hingga panjang masih mendominasi karena memberikan yield yang menarik.

"Keuntungan lebih besar dari selisih harga jual dan beli ketika BI rate turun," ujar Nico, Jakarta.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie menambahkan ramainya transaksi obligasi juga ditopang pengumuman hasil rapat FOMC meeting. Kamis (17/3), total frekuensi obligasi meningkat 72,75% menjadi 824 kali dan total volume meningkat 56,33% menjadi Rp 20,74 triliun dibandingkan hari sebelumnya.

"Investor mulai meminati obligasi bertenor panjang seiring meningkatnya toleransi akibat penurunan BI rate," ujar Roby.

Nico memperkirakan, pasar obligasi masih akan cerah sepanjang semester I. Pemicunya, meningkatnya keyakinan akan pertumbuhan ekonomi Indonesia serta inflasi rendah, diprediksi akan mendorong bank sentral kembali memangkas BI rate.

"Saya perkirakan, BI rate turun kembali hingga 6,5 %," ujar Nico. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang menguat juga menjadi sentimen positif.

Selain itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) yang sempat menyentuh US$ 40 per barel menguntungkan negara pengekspor komoditas seperti Indonesia. Kendati demikian, pasar obligasi secara jangka panjang masih akan menghadapi sejumlah tantangan.

Seperti, data ekonomi AS yang belum stabil, quantitative easing Eropa, serta perlambatan ekonomi Tiongkok. "Namun secara jangka pendek dan menengah, obligasi masih bagus," tutur Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×