Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kemarin mempertahankan suku bunga acuan di level 7,5%. Rupiah pun sulit keluar dari level terbarunya, Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kondisi ini membuat pelaku pasar menunggu dan memilih waktu yang tepat untuk kurs yang lebih stabil. Akibatnya, potensi pelemahan rupiah kian membesar. "Sentimen ini juga yang akan membuat indeks kembali dilanda aksi jual," imbuh Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, (13/12).
Tekanan aksi jual itu akan membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih sulit bangkit. Reza memproyeksikan, indeks akan bergerak di kisaran support 4.186-4.196 dan resistance 4.227-4.238.
Pertimbangan saham-sahamnya antara lain, PTPP, AKRA, UNVR, MLPL, SMCB, CTRA, TAXI, ENRG, dan BWPT.
Yuganur Wijanarko, Senior Research HD Capital memberikan proyeksi yang berbeda. Sudah hampir sepekan ini IHSG cenderung dilanda aksi jual. Karena itulah indeks sudah menemui posisi resistance yang kuat.
Hal ini menunjukkan jika arah pergerakan IHSG mulai berubah ke sideways dari sebelumnya turun. "Dalam kondisi ini, saham lapis kedua dan saham defensive big cap lebih berperan dalam aktivitas pasar," tandasnya.
Dia memperkirakan pergerakan indeks ada di level support 4.070-4.229 dan resistance 4.314-4.480. Cermati beberapa saham seperti TINS, ELSA, GGRM, dan INDF.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News