Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORk. Bursa saham Malaysia secara diam-diam mencetak kinerja yang mengejutkan. Bayangkan saja, jika dibandingkan dengan rekan-rekan sejawatnya di kawasan Asia Tenggara tahun ini, bursa saham Malaysia berhasil naik ke rekor tertinggi. Namun, apakah bursa Malaysia mampu melanjutkan relinya?
Sekadar informasi, Kuala Lumpur Composite Index (KLCI) sudah mendaki 9% sepanjang tahun ini. Bahkan, KLCI bertengger di level tertingginya sepanjang masa di level 1.846,92 pada pekan ini. Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Strait Times Index Singapura, dan SET Thailand mencatatkan penurunan sekitar 2%-3% pada periode yang sama.
Analis menilai, ada sejumlah faktor yang menyebabkan bursa Malaysia mendaki. Salah satunya, meredanya risiko politik pasca berlangsungnya pemilu Mei lalu yang menghasilkan partai koalisi penguasa, Barisan Nasional, mendapatkan suara kurang dari 50%, terendah dari yang pernah ada.
Menurut analis, sejak saat itu, pasar bereaksi positif atas sejumlah kebijakan yang ditetapkan pemerintah terkait defisit anggaran, termasuk pemberlakuan pajak konsumsi yang akan berlaku efektif pada 2015, menghilangkan subsidi gula, dan menaikkan tarif listrik pada pelanggan berpendapatan tinggi.
"Budget tersebut dinilai bersahabat bagi pelaku pasar. Itu merupakan sinyal yang sangat baik," jelas Tim Condon, head of research for Asia ING Financial.
Namun, ada sejumlah kekhawatiran mengenai kualitas reli dari pasar saham Malaysia.
Bharat Joshi, investment manager Aberdeen, menjelaskan salah satu faktor pendorong bursa Malaysia adalah kenaikan saham listrik milik negara yakni Tenaga Nasional setelah mengumumkan kenaikan tarif listrik. Saham ini menyumbang sebesar 6% terhadap indeks acuan Malaysia.
"Jadi sepertinya, indeks acuan didongkrak oleh saham-saham spesifik yang menarik minat investor. Bukan karena kondisi pasar secara keseluruhan," jelas Joshi.
Sejumlah analis lain juga meragukan pasar saham Malaysia akan melanjutkan reli. "Setelah kebijakan reformasi pemerintah, hanya akan ada one-off repricing. Saya tidak tahu seberapa tinggi indeks tersebut mampu terbang," jelas Condon.
Terence Wong, head of equity reserach CIMB Malaysia menambahkan, kenaikan indeks sekitar 1,2% pada Desember lebih dipicu oleh aksi window dressing akhir tahun emiten.
"Akan ada faktor eksternal yang dapat menekan pasar seperti isu tapering the Fed dan rilis kinerja yang belum tentu bagus. Faktor-faktor itu akan menekan optimisme pasar," papar Wong. Dia menargetkan indeks KLCI akan berada di level 2.030 pada akhir 2014 atau naik 10% dari level saat ini yang berada di posisi 1.835. "Itu target paling optimistis," imbuhnya.
Analis lainnya berpendapat berbeda. UoB KayHian memprediksi indeks akan berada di kisaran 1.740-1.960 pada tahun depan, atau naik kurang dari 7%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News