kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.620   158,00   0,94%
  • IDX 6.767   17,72   0,26%
  • KOMPAS100 979   5,15   0,53%
  • LQ45 762   4,33   0,57%
  • ISSI 215   0,81   0,38%
  • IDX30 395   2,48   0,63%
  • IDXHIDIV20 471   1,18   0,25%
  • IDX80 111   0,53   0,48%
  • IDXV30 115   0,73   0,63%
  • IDXQ30 130   0,90   0,70%

BI Rate perlu turun lagi agar efeknya lebih terasa


Selasa, 26 Januari 2016 / 08:04 WIB
BI Rate perlu turun lagi agar efeknya lebih terasa


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) baru-baru ini menurunkan suku bunga acuan alias BI rate. Namun, efek bagi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terbatas.

"Sentimen positif, iya, apalagi untuk kredit konsumsi. Tapi efeknya juga tidak signifikan," jelas Milka Mutiara analis Phillip Securuties, kepada KONTAN, Senin (25/1).

Ini karena BBRI lebih banyak meladeni kredit mikro. Ketika BI rate turun, perbankan tak serta merta menurunkan suku bunga kredit. Andai ada penurunan, jumlahnya pun sedikit. Jika suku bunga kredit turun, otomatis suku bunga deposito ikut turun.

Nah, ketika suku bunga deposito turun, nasabah cenderung mengalihkan duitnya ke aset yang lebih berisiko tapi memberi imbal hasil lebih tinggi. Sementara, deposito merupakan salah satu sumber dana murah bank.

Jadi, ketika jumlah deposito berkurang, likuiditas bank bakal turut mengering. "Kecuali, jika penurunan BI rate hingga 1%, baru benar-benar terlihat efek positifnya," ujar Milka.

Tjandra Lienandjaja, analis Mandiri Sekuritas, sependapat. Dia yakin, dampak pelonggaran akan terbatas bagi perbankan, termasuk BBRI. "Perbankan baru menyesuaikan cost of funds, terutama suku bunga deposito berjangka rupiah, awal tahun," jelas Tjandra, dalam riset 16 Januari.

Sedangkan suku bunga kredit belum berubah. Ia memprediksi, BI akan kembali menurunkan BI rate pada semester I tahun ini. "Sehingga, penurunan ini akan memicu permintaan kredit lagi," tandas Tjandra.

Jika terjadi penurunan suku bunga lagi, pertumbuhan kredit tahun ini bisa 12%-14%, lebih baik ketimbang pertumbuhan tahun lalu, yakni 11%. Milka menambahkan, sentimen positif terkuat BBRI masih soal Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bunganya disubsidi pemerintah.

Pemerintah beberapa kali menurunkan bunga KUR. Saat bunga KUR turun dari 22% menjadi 12%, BBRI bisa langsung menyalurkan KUR sebesar Rp 3 triliun. Saat ini, bunga KUR juga kembali diturunkan lagi menjadi 9% per tahun. Ini akan mendorong permintaan KUR dan menjadi sentimen positif bagi BBRI.

Apalagi, BBRI menjadi bank penyalur KUR paling dominan, dengan alokasi Rp 67,5 triliun tahun ini. "Sisa plafon KUR yang belum terealisasi tahun lalu akan dialokasikan ke tahun ini," imbuh Milka.

Andi Ferdinand, analis Samuel Sekuritas, menilai, adanya kepastian bahwa KUR di tahun ini akan berlanjut dengan jumlah dan skema subsidi yang sesuai ekspektasi merupakan hal positif bagi BBRI.

"Sentimen itu masih didukung oleh besarnya infrastruktur yang dimiliki di seluruh Indonesia dan track record selama ini," ujar Andy, dalam riset 11 Januari lalu. Masih ada satu sentimen lagi yang perlu diperhatikan, yakni revaluasi aset. Rencana revaluasi aset BBRI turut memoles fundamental bank pelat merah ini.

Dengan revaluasi, nilai aktiva tetap BBRI akan bertambah sekitar Rp 8 triliun dan berpotensi menaikkan CAR sekitar 1%. "Ini juga bermanfaat bagi BBRI untuk mengikuti ketentuan permodalan yang lebih ketat seiring implementasi Basel III," pungkas Andy.

Ketiga analis kompak merekomendasikan buy BBRI. Milka dan Andy menetapkan target harga Rp 13.000 per saham. Tjandra menetapkan target harga Rp 11.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×