Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Suku bunga acuan (BI Rate) boleh saja mengalami kenaikan 25 basis poin, dari sebelumnya 8,75% menjadi 9%. Namun, kenaikan suku bunga yang seharusnya menekan harga surat utang ini, justru mendapat respon yang berbeda dari pelaku pasar. Harga surat utang justru mengalami kenaikan.
Para analis memang sudah memperkirakan kondisi itu sebelumnya. Menurut analis obligasi dari Danareksa Sekuritas, Budi Susanto, pasar telah memperhitungkan potensi kenaikan suku bunga saat ini. Dia bilang, market telah memprediksi suku bunga akan bergerak dikisaran 9%-10%. "Dengan suku bunga saat ini, mereka masih merasa comfortable," ujar budi kepada KONTAN, hari ini (6/8).
Kita tentu masih ingat, bagaimana kondisi yang terjadi pada Februari lalu. Waktu itu, harga minyak naik sangat cepat dan menembus angka keramat di angka US$ 100 per barel. Nah, hal itu membuat yield surat utang melejit dari 9%-10% menjadi lebih dari 13%. Hal tersebut menandakan, para pelaku pasar memang sudah menghitung dampak dari kenaikan harga minyak dunia.
Oleh sebab itulah, pasar tidak mengalami kepanikan pasca Bank Indonesia (BI) kembali menaikan suku bunganya. "Terlebih lagi, inflasi pada bulan Juli kemarin diperkirakan merupakan inflasi bulanan yang tertinggi di tahun ini," ujarnya.
Penurunan yield yang terjadi saat ini juga membuat Budi berdecak kagum. "Kami tidak menyangka penurunannya sedemikian cepat," ujar Budi. Ia mencatat indeks yield rata-rata pada Juni lalu masih sebesar 13,24%. Namun hingga hari Selasa lalu (5/8), indeks yield rata-rata telah bertengger di 11,25%. "Mungkin sampai dengan akhir tahun bisa berada di posisi 10%-10,5%," terang Budi.
Senada dengan Budi, analis dan ekonom asal Bank Danamon Helmi Arman mengatakan, pasar telah memperhitungkan sejak awal potensi kenaikan BI rate. "Pergerakan yield obligasi kemungkinan besar masih akan mengalami penurunan," ujar Helmi.
Berkaitan dengan kondisi tersebut, kedua analis menyatakan keoptimisan terhadap rencana pemerintah melelang tiga seri Surat Utang Negara (SUN) pada hari Selasa pekan depan (12/8). Ketiga SUN yang akan dilelang itu adalah seri FR0026, FR0036 dan FR0047
FR0026 memiliki jatuh tempo hingga 15 Oktober 2014. Sedangkan untuk FR0036, jatuh temponya tercatat pada tanggal 15 September 2019. Lalu, FR0047 memiliki jatuh tempo paling lama, yaitu hingga 15 Februari 2028.
Budi menilai, komposisi SUN yang akan dilelang sudah tepat. "Ekspektasi investor saat ini sedang lebih kepada surat utang yang memiliki tenor jangka waktu yang relatif panjang," ujar Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News