kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.080   96,25   1,38%
  • KOMPAS100 1.059   19,08   1,83%
  • LQ45 833   16,07   1,97%
  • ISSI 214   1,68   0,79%
  • IDX30 425   9,10   2,19%
  • IDXHIDIV20 511   9,34   1,86%
  • IDX80 121   2,21   1,86%
  • IDXV30 125   1,01   0,82%
  • IDXQ30 142   2,63   1,89%

BI rate naik, asing sulit mencetak net buy di pasar saham


Jumat, 18 Mei 2018 / 20:30 WIB
BI rate naik, asing sulit mencetak net buy di pasar saham
ILUSTRASI. Papan perdagangan saham IHSG


Reporter: J. Ani Kristanti | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,50%. Kenaikan ini disinyalir akan mempengaruhi pergerakan aliran dana asing di pasar domestik.

Analis Indovest Semesta Sekuritas Aditya Perdana Putra mengatakan, untuk sementara, reaksi investor akan melihat sejauh mana efek kenaikan suku bunga dalam menstabilkan rupiah. “Jika dirasa positif, maka instrumen kebijakan BI cukup tepat dan dapat memunculkan confidence di mata investor," katanya, Jumat (18/5).

Meski demikian, kata aditya, upaya untuk membalikkan posisi dari penjualan bersih alias net sell menjadi net buy tidak mudah. "Pertama harus dilihat sejauh mana valuasi market kita terhadap pasar saham di kawasan regional dan global, apa masih bisa memberikan growth yang lebih tinggi atau tidak," paparnya.

Menurutnya, melihat pelemahan rupiah dan risiko makro yang meningkat dan berujung pada konstelasi pertumbuhan ekonomi, maka cukup sulit melihat net buy asing di akhir tahun ini.

Net sell investor asing di Bursa Efek Indonesia masih dipicu oleh kenaikan suku bunga The Federal Reserves, yang memberikan imbal hasil tinggi. Ini memicu sebagian besar investor melakukan rebalancing aset investasi. Di tengah valuasi saham yang cukup mahal, ada perpindahan ke aset yang lebih moderat seperti surat utang AS, obligasi Indonesia, emas, dollar AS serta yen Jepang.

Lanjut Aditya, investor asing akan kembali masuk ke pasar domestik apabila valuasi sudah kembali menarik dan ekonomi Indonesia mencetak pertumbuhan di atas rata-rata.

Saat ini, menurut Aditya, saham yang masih menarik yaitu dari sektor consumer goods, infrastruktur dan perbankan. Memang, asing terlihat masih menjual saham tersebut,. Tapi, itu karena harganya sudah naik banyak sejak tahun lalu dan estimasi pertumbuhan laba per saham alias earning per share (EPS) akan lebih flat di tahun ini.

Di sisi lain, Aditya mencatat sejumlah saham yang masih mencetak posisi net buy di sektor komoditas, industri dasar, ritel dan keuangan. Saham tersebut seperti INDY, PTBA, INKP, TKIM, ERAA, MAPI, BBCA, INCO. "Alasan asing membeli saham tersebut karena prospek bisnis yang masih sejalan dengan estimasi," katanya.

Di tengah aksi jual oleh pemodal asing, Aditya bilang, investor domestik bisa mengambil keuntungan dengan memilih saham-saham blue chips yang harganya sudah terlihat murah.

“Bisa dimulai dari saham di indeks LQ45, lalu IDX dividen 20. Harga saham masih undervalue, fokus pada beberapa emiten yang memiliki high beta. Jadi ketika rebound, bisa cepat naik dan gunakan money management yang tepat," sarannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×