Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Keinginan para eksportir agar Bank Indonesia selaku otoritas moneter melakukan langkah pelemahan rupiah (depresiasi) ditanggapi dingin oleh bank sentral. BI menegaskan, kapasitas bank sentral bukanlah untuk memperkuat atau memperlemah nilai tukar, melainkan fokus pada kebijakan agar mata uang Garuda tersebut relatif stabil dan volatilitasnya tidak liar.
"Bagi BI yang penting kami menjaga rupiah agar stabil sehingga volatilitasnya tidak mengganggu perekonomian," imbuh Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah, Selasa (12/10).
Difi menuturkan, penguatan rupiah saat ini bukanlah fenomena tunggal. Di level kawasan, hampir semua mata uang di ASEAN menguat terhadap dollar AS. Dengan kalimat lain boleh dikatakan, dollar AS memang tengah melemah terhadap hampir semua mata uang di dunia. "Rupiah tidak menguat sendirian lho," katanya.
Mengutip data BI terbaru, selama tahun 2010 ini yakni sejak Januari hingga September 2010, rupiah tercatat menguat 5,01%. "Penguatan rupiah ini masih di bawah penguatan mata uang regional lain," kata Difi.
Baht Thailand misalnya, di periode yang sama sudah menguat 10,25%. Lalu, ringgit Malaysia menguat 9,04%, kemudian dolar Singapura menguat hingga 7,02%, dan peso Filipina menguat 6,04%. Artinya, di antara mata uang negara-negara ASEAN, mata uang Indonesia justru yang paling rendah penguatannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News