Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten rumah sakit telah merilis laporan keuangan sepanjang tahun 2021. Lima emiten yang sudah merilis laporan keuangan kompak mencatatkan pertumbuhan kinerja yang signifikan. Top line dan bottom line emiten-emiten rumah sakit itu meningkat dua hingga tiga digit.
Dilihat dari top line-nya, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) mencatatkan kenaikan paling tinggi hingga 49,90% secara year on year (yoy) menjadi Rp 1,92 triliun. Setelahnya disusul PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK) yang meningkat 47,57% yoy menjadi Rp 435,19 miliar.
Adapun PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) mencetak kenaikan pendapatan bersih masing-masing 31,95% yoy dan 31,80% yoy. Asal tahu saja, pendapatan bersih SILO di tahun 2021 mencapai Rp 9,38 triliun. Sementara pendapatan bersih HEAL tercatat Rp 5,82 triliun.
Pendapatan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) juga meningkat 26,51%yoy menjadi Rp 4,32 triliun.
Baca Juga: Rajin Diakumulasi EMTK, Begini Valuasi dan Rekomendasi Saham SAME
Apabila dilihat dari bottom line, SILO mengantongi peningkatan laba bersih paling tinggi, hingga 480,33% yoy. Laba bersih SILO tercatat Rp 674,11 miliar, meningkat dari Rp 116,16 miliar pada tahun 2020.
Sementara itu laba bersih RSGK dan HEAL juga terkerek tiga digit, masing-masing 164,16% yoy dan 111,98% yoy. RSGK dan HEAL mengantongi laba bersih masing-masing Rp 52,78 miliar dan Rp 1 triliun di tahun 2021.
Adapun laba bersih MIKA juga naik 46% yoy menjadi Rp 1,22 triliun. Sementara itu, di tahun 2021 SRAJ berhasil mengantongi laba bersih hingga Rp 165,3 miliar dari merugi Rp 14,38 miliar di tahun 2020.
Baca Juga: Pendapatan Terkerek, Laba Medikaloka Hermina (HEAL) Capai Rp 1 Triliun di Tahun 2021
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mencermati, kinerja emiten rumah sakit yang bertumbuh sepanjang tahun lalu itu ditopang kenaikan volume pasien dan peningkatan harga rata-rata. Volume pasien sempat meningkat signifikan di kuartal kedua dan ketiga 2021 karena lonjakan kasus Covid-19. Kenaikan pasien Covid-19 itu mendorong intensitas yang tinggi, sehingga mempengaruhi peningkatan harga rata-rata sepanjang tahun 2021.
Akan tetapi, menurut Jono, pasien non-Covid cenderung mendominasi mulai kuartal keempat 2021. Masyarakat lebih percaya diri dan berani mengunjungi rumah sakit dan melakukan pemeriksaan yang sempat tertunda sebelumnya.
Melihat perkembangan tersebut, volume pasien di tahun 2022 diperkirakan bertumbuh single digit dari total volume pasien di tahun 2022. Walau tipis, peningkatan volume masih akan terjadi mengingat emiten-emiten rumah sakit terus menambah kapasitas. Ini tidak terlepas dari kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan yang lebih tinggi pasca Covid-19 menerpa.
Di antara saham-saham rumah sakit yang ada, Jono cenderung mencermati HEAL, SILO dan MIKA. Dibanding emiten rumah sakit yang lain, ketiganya memiliki jumlah rumah sakit yang lebih banyak. Selain itu kinerjanya juga masih bertumbuh.
"Saat ini kami memiliki rekomendasi buy pada HEAL dengan target harga Rp 1.350 per saham, SILO dengan target harga Rp 11.350 per saham, dan MIKA dengan target harga Rp 2.600 per saham," kata Jono kepada Kontan.co.id, Senin (4/4).
Adapun di antara tiga saham itu, HEAL paling diunggulkan mengingat tarif layanan rumah sakitnya cenderung terjangkau dengan jaringan tersebar luas di seluruh Indonesia. Di sisi lain, rencana private placement untuk menyambut investor strategis akan mendukung transformasi HEAL di berbagai aspek ke depannya.
Jono pun memproyeksikan kinerja HEAL di tahun 2022 akan mencapai Rp 5,5 triliun dari sisi pendapatannya. Sementara laba bersihnya diperkirakan bisa menyentuh Rp 850 miliar.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Melandai, Simak Rekomendasi Saham MIKA dari Panin Sekuritas
Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya melihat SILO dan HEAL yang paling prospektif dibandingkan dengan emiten rumah sakit lain. Sebab, pertumbuhan pendapatan keduanya yang ditopang rawat inap dan rawat jalan masih cukup tinggi di tengah kasus Covid-19 yang menurun. Dus,Cheryl memandang, pendapatan kedua emiten itu masih akan terjaga dengan kasus Covid-19 yang terus menurun ke depannya.
"Keduanya rekomendasi buy target 10% hingga 15%," ujar Cheryl kepada Kontan.co.id, Senin (4/4).
Status pandemi yang akan beralih ke endemi sebenarnya bisa menjadi katalis positif bagi emiten-emiten rumah sakit. Masyarakat dapat kembali berobat dengan lebih leluasa setelah melakukan penundaan ketika pandemi Covid-19 menanjak.
Apabila dilihat dari pergerakan harganya, saham-saham rumah sakit mayoritas membukukan penurunan sejak awal tahun (year to date). Sepenelusuran Kontan.co.id, saham-saham yang terkikis sejak awal tahun ada PT Bundamedik Tbk (BMHS) yang melorot 19,28% ytd, PT Royal Prima Tbk (PRIM) yang tertekan 17% ytd, RSGK turun 13,78% ytd, SRAJ naik 29,68% ytd, dan SILO turun 3,21%.
Baca Juga: Satgas Penanganan Covid-19 akan Rilis Aturan Terbaru Syarat Perjalanan Mudik Lebaran
Kendati melorot sejak awal tahun, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat saham SILO masih bisa dicermati. Sebab, dari sisi indikator dan volume transaksi masih relatif menarik. Begitu pula dengan MIKA yang meningkat tipis sejak awal tahun 0,44% ytd.
Adapun terhadap saham-saham rumah sakit lain yang sudah meningkat cukup tinggi sejak awal tahun, Herditya melihat tanda-tanda penguatan masih akan berlanjut. PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) bisa naik ke harga Rp 560-Rp 595 per saham, PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) terkerek ke harga Rp 464-Rp 525 per saham, dan HEAL berpeluang meningkat ke harga Rp 1.285 per saham.
Di antara saham-saham rumah sakit yang ada, MIKA dan HEAL dipandangnya memiliki pergerakan paling atraktif. Rekomendasi buy on weakness untuk HEAL dengan target Rp 1.285 per saham, begitu pula dengan MIKA dengan target harga Rp 2.350-Rp 2.580 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News