Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Brantas Abipraya semakin gencar melakukan ekpansi bisnis. Untuk memuluskan niatannya, perusahaan kontruksi pelat merah ini ingin memperbesar ekuitas terlebih dahulu dengan mencari pendanaan di pasar modal lewat penawaran saham perdana atau Intial Public Offering (IPO) pada semester II tahun ini.
Brantas Abipraya berniat melepas 30% saham ke publik dengan target perolehaan dana sekitar Rp 3 triliun. Dengan aksi korporasi tersebut, maka modal perusahaan akan semakin besar sehingga akan memuluskan upaya perusahaan untuk melakukan berbagai investasi.
Suradi Wongso, Direktur Keuangan Brantas Abipraya mengatakan rencana IPO tersebut masih dalam proses perizinan saat ini. Sebagai perusahaan pelat merah, perseroan membutuhkan proses perizinan yang panjang karena harus mendapat restu dulu dari Kementerian BUMN, Kementrian Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Kami menargetkan IPO ini dilakukan akhir tahun 2017 dengan menggunakan buku Juni. Tetapi kalau tidak memungkinan karena banyak proses perizinan yang harus dilalui maka akan dilakukan di awal tahun depan," kata Suradi pada KONTAN baru-baru ini.
Dana dari IPO nantinya akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan investasi perusahaan di sektor pembangkit listrik energi terbarukan, jalan tol, properti dan bisnis beton pracetak.
Dalam berinvestasi di sektor pembangkit listrik, perusahaan ini hanya akan fokus menggarap pembangkit listrik dengan energi terbarukan.
Suradi menjelaskan, saat ini Brantas Abipraya sedang mengembangkan 17 pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) dan satu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) melalui anak usahanya PT Brantas Energi. Total kapasitas kapasitas seluruh power plant tersebut mencapai 150 Megawatt (MW).
Namun dari seluruh portofolio pembangkit listrik Brantas Abipraya tersebut, baru dua yang sudah beroperasi. Sementara sisanya masih dalam proses perizinan dan proses pembangunan. Keduanya adalah PLTM Padang Guci Bengkulu berkapasitas 2 x3 MW dan PLTS Gorontallo.
Sementara di sektor jalan tol, Brantas Abipraya sudah memiliki konsensi di jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan Cisumdawu) dengan kepemilikan sebesar 10%. Saat ini, perusahaan BUMN ini juga tengah membidik investasi di tol Probolinggo-Banyuwangi sepaanjang 170,3 kilometer (km) dengan membentuk konsorsium bersama Jasamarga dan Waskita Toll Road.
Dalam berinvestaasi di sektor tol, Brantas Abipraya hanya membidik porsi minoritas. Di tol Probolinggo-Banyuwangi, perusahaan hanya mengincar porsi 10%. "Kami investasi di tol agar bisa mudah untuk mendapatkan proyek konstruksinya saja," kata Suradi.
Sembari terus mempersiapkan proses rencana IPO, Brantas Abipraya juga gencar mengembangkan bisnis konstuksinya. Tahun ini, perusahaan membidik kontrak baru Rp 8 triliun. Dengan tambahan kontrak carry over tahun 2016 sebesar Rp 8 triliun, maka total kontrak yang akan dihadapi perusahaan di 2017 akan mencapai Rp 16 triliun.
Salah satu yang menjadi fokus Brantas Abipraya dalam membidik kontrak baru adalah proyek-proyek bendungan. Saat ini perusahaan sedang menggarap sembilan proyek bendungan. "Kami memang membidik bendungan dulu baru nanti menyusul bisa mengembangkan proyek pembangkit listrik di sana," ungkap Suradi.
Brantas Abipraya akan terus berupaya membesarkan asetnya dengan melakukan investasi. Tahun ini, perusahaan menyiapkan belanja modal (capex) Rp 1 triliun untuk ekspansi. Adapun total aset perusahaan saat ini masih sekitar Rp 4 triliun.
Sementara pendapatan perusahaan ditargetkan sebesar Rp 7 triliun tahun ini dan laba bersih 270 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News