Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona kini seolah menjadi musuh bagi seluruh sektor industri, termasuk industri media.PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) sebagai salah satu pelaku industri media sudah merasakan dampak dari pandemi virus corona.
Merujuk laporan keuangan kuartal I-2020, SCMA berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp 1,30 triliun. Perolehan tersebut tercatat turun tipis 1,51% dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang sebesar Rp 1,32 triliun.
Dari segi laba bersih, SCMA terperosok cukup dalam, dimana sepanjang kuartal I-2020 menyusut 22,11% menjadi Rp 311,52 miliar. Sementara dari segi pendapatan iklan, SCMA justru masih mampu mencatatkan perolehan yang positif. Pendapatan dari iklan berkontribusi Rp 1,52 triliun atau tumbuh 2,7% dari pendapatan iklan pada periode yang sama.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham Media Nusantara Citra (MNCN) dan Surya Citra Media (SCMA) ini
Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya menuturkan penurunan pendapatan SCMA tidak terlepas dari pandemi virus corona yang membuat belanja iklan perusahaan berkurang drastis. Namun, Rendy menilai, dampak dari berkurangnya anggaran belanja iklan perusahaan baru akan terasa pada kuartal II-2020.
“Perusahaan akan melakukan penghematan anggaran dengan mengurangi anggaran belanja iklan untuk menjaga likuiditas di tengah pandemi ini. Kuartal II-2020 diperkirakan akan menjadi kuartal di mana kinerja mendapat tekanan yang paling signifikan dan ini akan menekan kinerja sepanjang tahun ini,” ujar Rendy kepada Kontan.co.id, Senin (1/6).
Sementara analis Indo Premier Sekuritas Elbert Setiadharma dalam risetnya pada 5 Mei 2020 menyebut penurunan pendapatan SCMA juga tidak terlepas dari penurunan signifikan dari pendapatan non-iklan SCMA sepanjang kuartal I-2020.
“Penurunan sebesar 42,3% secara year on year tidak terlepas dari banyaknya batalnya acara live dan shows (acara Shopee dan Lazada misalnya),” tulis Elbert dalam risetnya.
Meski pendapatan SCMA yang kurang baik pada kuartal I-2020, Elbert menilai SCMA bisa sedikit bernafas lega seiring Gross Profit Margin (GPM) SCMA yang justru bisa tumbuh 82 bps yoy menjadi 55,5%. Elbert menyebut kenaikan ini didorong oleh penghematan biaya seiring SCMA bisa menjalankan re-runs beberapa program dan produksi konten yang dihentikan.
Baca Juga: Pendapatan Iklan Turun, Saham Emiten Media Dibilang Masih Menarik, Kok Bisa?
“Meski dari segi permintaan re-runs cenderung rendah dibandingkan konten baru, setidaknya dari segi biaya jauh lebih murah. Kami memperkirakan GPM pada akhir 2020 akan naik ke 50,5% dibandingkan 48,2% pada 2019,” tambah Elbert.
Analis Ciptadana Sekuritas Gani dalam risetnya pada 18 Mei 2020 juga mengungkapkan hal yang serupa. Semenjak SCMA mengandalkan program re-run, dari segi share penonton tercatat mengalami penurunan, khususnya pada penayangan prime-time. Pada 20 April, share penonton pada jam prime-time SCMA turun 370 bps secara month over month menjadi 29,7%.
“Berdasarkan pengamatan pada setengah bulan pertama Mei juga tidak mengindikasikan adanya kenaikan. Tetapi pada akhirnya, ini akan membuat peningkatan gross margin SCMA seiring biaya penyiaran dan produksi yang semakin murah,” pungkas Gani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News