Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2020 menjadi tahun yang baik bagi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Dari segi pendapatan, BBTN berhasil mencatat kenaikan 5,12% secara year on year (yoy) menjadi Rp 11,64 triliun. Sementara dari sisi bottom line, BBTN membukukan laba bersih Rp 1,60 triliun atau naik hingga 665,71 yoy.
Memasuki tahun ini, analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama meyakini prospek BBTN masih akan menarik. Ia melihat, saat ini masih akan jadi momentum bagi pertumbuhan BBTN di mana ia memperkirakan pertumbuhan kredit berada di kisaran 9%-11%.
“Apalagi, relaksasi dari sektor properti dan program vaksinasi dinilai dapat berdampak pada kinerja BBTN di tahun 2021. Pasalnya, kontribusi rumah subsidi masih mendominasi kinerja BBTN tahun ini,” kata Okie kepada Kontan.co.id, Senin (12/4).
Sementara analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri dalam risetnya pada 15 Februari 2021 menuliskan, di tengah tren suku bunga acuan yang rendah dan melimpahnya likuiditas akan membuat BBTN punya fleksibilitas dalam mengelola Cost of Fund (CoF), khususnya pada instrumen pembiayaan wholesale.
Baca Juga: BTN salurkan lagi bantuan bagi korban bencana alam di NTT
“Ditambah lagi, pinjaman bilateral dan obligasi BBTN masing-masing sebesar Rp 15,3 triliun dan Rp 3,5 triliun akan jatuh tempo pada tahun 2021. Hal ini seharusnya menyediakan dukungan yang cukup untuk membuat CoF BBTN lebih rendah. Dus, blended CoF BBTN akan turun sebesar 50 bps jadi 5,1% pada akhir 2021,” tulis Eka dalam risetnya.
Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Rahmi Marina dalam risetnya pada 4 Maret 2021 mengatakan, Net Interest Margin (NIM) milik BBTN berpotensi untuk terus mengalami perbaikan. Hal ini seiring dengan adanya perubahan secara gradual terhadap yield hipotek yang akan semakin tinggi. Saat ini, pinjaman hipotek mencakup sebesar 31% dari total pinjaman BBTN.
“Kami melihat segmen ini, sekaligus dengan hipotek bersubsidi milik BBTN (46% dari total pinjaman) akan menjadi pendorong utama pertumbuhan total kredit dari 1,7% yoy pada akhir 2020 menjadi 7,0% pada akhir 2022. Dengan adanya antisipasi pergeseran pada portofolio BBTN, kami meningkatkan proyeksi NIM pada 2021 dan 2022 masing-masing menjadi 3,4% dan 4,0%,” tulis Rahmi dalam risetnya.
Rahmi menambahkan, dengan BBTN yang akan berfokus untuk memberi pinjaman pada segmen dengan kualitas yang lebih tinggi, Maybank pun memangkas proyeksi Non Performing Loan (NPL) BBTN menjadi 3,8% pada 2021 dan 3,4% pada 2022. Di satu sisi, BBTN juga berencana untuk menjaga level loan-loss coverage (LLC) di kisaran 115%.
Rahmi menyebut, level LLC milik BBTN jauh lebih rendah dibanding rata-rata peers bank BUMN yang berkisar 240%. Walaupun lebih rendah, Rahmi menilai hal tersebut pada akhirnya akan membuat ruang bagi BBTN untuk menurunkan biaya pencadangan.
Baca Juga: Bank BTN bantu ratusan rumah terdampak badai siklon seroja di Kupang
Dengan mengasumsikan biaya kredit yang lebih rendah dengan kenaikan NIM, Eka memperkirakan laba bersih BBTN pada tahun ini bisa mencapai Rp 2 triliun. Hal ini akan didukung oleh pertumbuhan pinjaman sebesar 5,2% yoy, NIM yang naik menjadi 3,1%, hingga pertumbuhan biaya operasi yang terkendali.
Eka yakin bahwa proyeksi BRI Danareksa Sekuritas sudah masuk akal dan menyediakan upside risiko yang lebih seiring strategi agresif manajemen BBTN untuk memangkas biaya pendanaan, mengelola biaya operasional yang tidak perlu, dan meningkatkan kualitas asetnya.
Sementara untuk tahun ini, Maybank Kim Eng Sekuritas memperkirakan pendapatan BBTN akan mencapai Rp 13,17 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 3,67 triliun. Sedangkan Okie memproyeksikan laba bersih BBTN berpotensi tumbuh 15-18%, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8-9% dan Non Performing Loan (NPL) berpotensi turun ke 3.7%.
Baik Eka dan Okie sama-sama memberikan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga masing-masing Rp 2.400 dan Rp 2.080 per saham.
Baca Juga: Langkah Praktis Agar Gaji Bertahan Lebih Lama
Sementara Rahmi memberikan rekomendasi hold saham BBTN dengan target harga Rp 2.200 per saham (sebelumnya, Rp 1.900). Ia menyebut, asumsinya terhadap ROE BBTN yang lebih tinggi (dari 9,3% menjadi 14,2%) sudah price in.
“Untuk risiko, kami melihat setiap langkah yang tidak efektif dalam restrukturisasi pinjaman BBTN akan menjadi risiko terhadap pendapatan BBTS seiring LLC yang terbatas. Akan tetapi, kami akan memandang BBTN positif ketika berhasil menyediakan buffer pada biaya pencadangan yang lebih kuat tanpa mengorbankan pertumbuhan pendapatan jangka pendek,” pungkas Rahmi
Selanjutnya: IHSG dibuka menguat pada awal perdagangan Rabu (7/4), asing lepas BBCA, ASII, BBTN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News