Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat sebesar 2,82% ke level 4.538.93 pada penutupan perdagangan Selasa (31/2). Dalam seminggu terakhir IHSG berhasil bangkit 13,77%.
Akan tetapi, dari awal tahun IHSG masih terkoreksi sebesar 27,95%, penurunan ini seiring penyebaran Covid-19 yang kian meluas. Di tengah tren penurunan indeks, ada sejumlah saham yang mengalami kenaikan sepanjang kuartal 1 2020.
Baca Juga: Lima saham ini mampu menahan laju penurunan IHSG, begini kata analis
Pertama, PT Bima Sakti Pertiwi Tbk (PAMG) yang mampu mencatat kenaikan hingga 82,09% ke level 122 per saham. Kemudian, PT Indonesia Tobacco Tbk (ITIC) juga menguat hingga 40,38% ke posisi 3.650 dari awal tahun.
Ketiga, ada PT Indofarma Tbk (INAF) yang melesat hingga 24,14% ke harga 1.080 per saham. Selanjutnya pergerakan saham PT Bintang Oto Global (BOGA) pun masih positif hingga 20,68% ke harga 1.600 dari awal tahun, PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK) yang menguat 17,50% ke level 470.
Baca Juga: Pemerintah tetapkan status darurat sipil, IHSG menguat hari ini
Saham PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) juga mengalami kenaikan 10,65% dengan harga 935 per saham dan PT Nusantara Properti Internasional Tbk (NATO) menguat 10,60% ytd ke level 1.200.
Tak hanya itu, ada juga saham yang baru-baru ini tercatat di Bursa Efek Indonesia juga mengalami pergerakkn saham cukup signifikan. Misalnya saja PT Metro Healthcare Indonesia (CARE) yang melonjak 96,53% dalam seminggu terakhir ke level 340.
Selain CARE, saham PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) pun menguat 14,14% ke level 218 dalam sebulan terakhir dan ada PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) yang melesat hingga 162,25% ke level 396 dalam sebulan terakhir.
Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas berpendapat, beberapa saham mengalami kenaikan lantaran masih bisa bertahan atau bahkan diuntungkan dengan penyebaran virus corona atau Covid-19.
Baca Juga: Wow, dana asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia capai Rp 145,1 triliun
Sementara, “ada yang memang tidak terdampak sama sekali dari adanya Covid-19 karena ada market maker yang menjaganya,” ujarnya ketika dihubungi Kontan, Selasa (31/3).
Selain itu, sambungnya, ada juga beberapa saham yang memang investor di dalamnya tidak panic selling serta bisa jadi kenaikan saham-saham ini dipengaruhi oleh faktor teknikal.
Sukarno memberi contoh saham INAF menjadi salah satu saham yang diuntungkan di tengah kondisi saat ini. Saham INAF moncer karena permintaan akan produk kesehatan meningkat, yang mana salah produk INAF memang banyak diminati di tengah penyebaran Covid-19.
Baca Juga: Lima saham di LQ45 ini penurunannya paling tipis, apa rekomendasi analis?
Dari segi fundamental, memang kinerja INAF memang masih mencatat kerugian serta secara valuasi sudah terbilang mahal.
Sampai kuartal III tahun lalu, INAF mencatatkan pendapatan sebesar Rp 583,53 miliar atau turun 21,05% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Di waktu yang sama perusahaan farmasi pelat merah ini menekan rugi 0,71% menjadi Rp 34,84 miliar.
Baca Juga: IHSG menguat 2,82% ke 4.838 pada akhir perdagangan hari ini
Sedangkan untuk saham ITIC, dari manajemen menkonfirmasi permintaan malah tumbuh karena di tengah kondisi ekonomi yang menurun dan terjadi peralihan.
Terlebih dengan kondisi harga rokok yang sudah naik, sehingga konsumen beralih ke produk rokok atau tembakau yang lebih murah harganya. Kenaikan permintaan ini dinilai menjadi salah satu faktor yang membuat saham ITIC melesat.
Dari daftar saham-saham paling cuan selama kuartal pertama ini, Sukarno menjagokan saham INAF. Meski secara valuasi sudah mahal namun saat ini permintaan produk INAF mengalami pertumbuhan. Ia menyarankan investor untuk trading buy saham INAF dengan target harga 1.190.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News