kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.144   56,00   0,35%
  • IDX 7.081   97,33   1,39%
  • KOMPAS100 1.057   16,61   1,60%
  • LQ45 831   13,59   1,66%
  • ISSI 214   2,10   0,99%
  • IDX30 423   7,32   1,76%
  • IDXHIDIV20 510   8,15   1,62%
  • IDX80 120   1,80   1,52%
  • IDXV30 125   0,63   0,51%
  • IDXQ30 141   2,15   1,55%

Berikut rekomendasi dua analis untuk saham ERAA dan TELE


Rabu, 14 Agustus 2019 / 06:58 WIB
Berikut rekomendasi dua analis untuk saham ERAA dan TELE
ILUSTRASI. PT Erajaya Swasembada Tbk gelar Gadget Invasion Week


Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memastikan ketetapan aturan International Mobile Equipment Identity (IMEI) akan terbit pada 17 Agustus 2019 dan diusulkan berlaku penuh pada 17 Februari 2020.

Lantas, bagaimana aturan tersebut berdampak untuk emiten yang lini bisnisnya terpapar langsung dengan ketetapan tersebut? Sebagai contoh, ada PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA, anggota indeks Kompas100 ini) dan juga PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) yang merupakan perusahaan distributor ponsel terbesar di Indonesia.

Baca Juga: IHSG turun lagi ke 6.210 pada akhir perdagangan Selasa (13/8)

Director of Marketing and Communications ERAA Djatmiko Wardoyo menyebut belum ada efek terhadap penjualan lantaran aturan tersebut belum diterapkan.

Akan tetapi, ERAA menilai dengan pemberlakuan aturan IMEI, akan ada kepastian iklim usaha bagi perusahaan yang menaati ketetapan pemerintah tersebut.

Djatmiko menambahkan ERAA juga menilai ada dua faktor lain yang berkaitan dengan pentingnya aturan IMEI. Pertama, perlindungan terhadap konsumen dalam bentuk garansi resmi ponsel dari principal. Kedua, peningkatan potensi penerimaan negara dari pajak pertambahan nilai (PPN) ponsel resmi.

Baca Juga: Erajaya (ERAA) aktif bangun ekosistem IoT di semester I 2019

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximillianus Nico Demus menyatakan, emiten sektor perdagangan, jasa, dan investasi seperti ERAA dan TELE memang sedang babak belur karena kehadiran barang-barang ilegal (black market). Terlebih lagi, sebelum adanya aturan IMEI, emiten-emiten itu juga tertekan dengan kehadiran e-commerce.

Menurut Nico, ERAA sendiri sebetulnya sudah sulit melawan e-commerce dari segi harga dan model bisnis. Sebab, banyak produk di e-commerce yang juga mengklaim original dan bahkan bisa membantu untuk klaim garansi resmi.

Baca Juga: Garmin gandeng Erajaya Group selenggarakan Garmin Run Indonesia 2019

Ditambah lagi produk tersebut dijual dengan harga yang lebih murah dari toko distributor resmi. "Contoh, Erajaya punya erafone.com, tapi selama harganya masih sama seperti di mal atau gerai dia lainnya, dan lebih mahal dari e-commerce,ya pasti kalah," ujar Nico kepada Kontan pada Selasa (13/8).



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×