Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Yudho Winarto
Senada dengan ERAA, Direktur Utama Tiphone Mobile Indonesia Lily Salim mengatakan penetapan aturan IMEI tidak akan memberikan efek tertentu terhadap TELE. Sebab, emiten tersebut hanya fokus di merek Samsung saja. Menurut Lily, harga produk Samsung di pasar lokal masih sangat bersaing.
Menanggapi hal itu, Nico menyatakan wajar jika TELE mengklaim seperti itu karena Samsung punya pasarnya sendiri.
Baca Juga: Erafone membuka sembilan gerai baru
Meski penetapan aturan IMEI dapat membantu kinerja emiten tersebut menjadi lebih baik, namun Nico tetap menyarankan kedua emiten tersebut perlu mengubah pola bisnisnya untuk penjualan telepon seluler.
Melansir data RTI, saham TELE pada perdagangan (13/8) ditutup stagnan di level Rp 340 per saham, sedangkan sepekan lalu performanya turun 9,57%. Bahkan, secara year to date juga turun 63,83%.
Sementara, saham ERAA naik 4,81% atau setara 100 poin ditutup di level Rp 2.180 per saham. Performa pekan lalu juga naik 18,48%, sedangkan secara year to date turun 0,91%.
Baca Juga: Kresna Sekuritas: IHSG Ditopang Sentimen Positif, Spekulasi Beli PWON, ERAA, & PGAS
Pada waktu yang sama, analis Panin Sekuritas William Hartanto merekomendasikan buy saham ERAA dan TELE untuk jangka pendek. Menurut William, pemberlakuan aturan IMEI menjadi sentimen positif sehingga kedua saham dapat menguat.
Ia menargetkan harga ERAA di level Rp 2.500 per saham, sedangkan untuk TELE di range level Rp 380 - Rp 400 per saham. Sementara, Nico menyarankan buy saham ERAA dengan target harga di range area Rp 2.100 - Rp 2.200.
Baca Juga: IHSG turun, ini rekomendasi saham ERAA, WTON, dan ANTM untuk hari ini
Namun, untuk jangka panjang keduanya sama-sama merekomendasikan untuk melihat kembali kinerja kedua emiten.
"Jangka panjang perlu menunggu hasil kinerja emiten karena menjadi pembuktian apakah aturan IMEI efektif atau tidak," tutup William.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News