kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berikut bisnis manufaktur yang punya prospek cerah menurut analis


Jumat, 08 Mei 2020 / 04:00 WIB
Berikut bisnis manufaktur yang punya prospek cerah menurut analis
ILUSTRASI.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas industri manufaktur Indonesia berada di titik terendah sepanjang masa. Meskipun begitu, analis saham masih melihat prospek yang positif pada sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur ini.

Sebelumnya, IHS Markit melaporkan, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia merosot dari 43,5 pada bulan Maret menjadi 27,5 pada April 2020. Angka ini berada di posisi terbawah sepanjang survei PMI sejak April 2011.

Menurut IHS Markit, penyebabnya adalah pandemi virus corona yang telah berimbas pada penutupan pabrik serta anjloknya permintaan, output, dan permintaan baru. Perusahaan yang tergolong dalam industri manufaktur adalah produsen makanan dan minuman, rokok, tekstil dan garmen, otomotif, hingga farmasi.

Baca Juga: Kredit jatuh tempo BUMN jadi sorotan, begini kata analis

Analis RHB Sekuritas Indonesia Michael Wilson Setjoadi melihat prospek yang positif pada emiten manufaktur yang memproduksi kebutuhan pokok, seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Pasalnya, emiten-emiten ini termasuk dalam sektor bisnis yang defensif.

"Jadi, jika terjadi pelemahan ekonomi, kinerja perusahaan tersebut lebih terjaga," tutur dia saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (6/5). Michael juga menilai hal serupa bakal terjadi pada bisnis produsen rokok. Alasannya, para perokok cenderung tetap membeli produk hasil tembakau tersebut meski kondisi ekonomi menurun.

Oleh karena itu, Michael memperkirakan, laba bersih produsen kebutuhan pokok dan rokok masih dapat tumbuh single digit hingga 10% pada 2020. Sementara itu, laba bersih sektor yang lain bisa turun 25% sampai dengan 50%, termasuk pada perusahaan yang bergerak di bidang otomotif.

Baca Juga: Kemenperin siapkan sejumlah solusi untuk sembuhkan industri terdampak corona




TERBARU

[X]
×