Reporter: Raka Mahesa Wardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tinggal menghitung hari. Jika tidak ada aral, harga baru BBM bersubsidi akan berlaku pada 1 April 2012.
Banyak sektor yang diprediksi akan terkena dampak kenaikan harga BBM. Daya beli masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah, akan tertekan.
Para analis memprediksi, sektor ritel, terutama yang menyasar segmen bawah, turut menanggung imbas buruk kenaikan harga BBM. Emiten ritel di sektor itu seperti
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).
Ni Putu Kurnia Sari, Analis Syailendra Capital, mengatakan, masyarakat segmen menegah ke bawah bisa menghabiskan sekitar 40% dari belanja mereka untuk transportasi. Artinya, ketika BBM naik, mereka akan menghemat belanja kebutuhan sekunder.
Namun, ia menilai, pengaruh kenaikan harga BBM, akan berlangsung sementara. Alasan dia, ekonomi Indonesia yang masih terus tumbuh membuat potensi di sektor ritel masih cukup baik. “Penjualan ritel RALS juga terbantu oleh ekspansi jaringan, pembukaan gerai-gerai baru,” tutur Anindya Saraswati, Analis Danareksa Sekuritas.
Tahun ini manajemen RALS menargetkan akan membangun lima gerai hingga akhir paruh pertama tahun 2012. Kelima gerai tersebut berlokasi di Cirebon, Lampung, Kebayoran Lama, Papua, dan Jawa Barat. Total luas kelima gerai tersebut adalah 48.000 meter persegi (m2).
Per murah
Ekspansi pembukaan gerai baru RALS sempat terkendala perizinan lahan di tahun lalu. Dari target membuka delapan hingga sepuluh gerai di tahun 2011, RALS hanya berhasil membangun tiga gerai baru di Padalarang, Garut dan Kediri.
“Saya percaya lima gerai tersebut bisa diselesaikan, karena gerai yang dibangun tahun ini adalah gerai yang tidak jadi dibuka di tahun lalu dan sudah mendapat izin,” kata Anindya.
RALS menargetkan penjualan pada tahun 2012 mencapai Rp 7,4 triliun. Sekadar catatan, angka itu merupakan hasil revisi dari target pendapatan sebelumnya, yang sebesar Rp 8,2 triliun.
Sedang tahun lalu manajemen RALS menargetkan pendapatannya mencapai Rp 6,5 triliun. Target itu juga lebih rendah daripada target pendapatan awal manajemen RALS, yaitu Rp 6,6 triliun.
Putu memperkirakan penjualan RALS di tahun ini hanya Rp 7 triliun. “Dengan adanya kenaikan harga BBM di tahun ini, saya memproyeksikan penjualan mereka hanya tumbuh 8%-9%,” kata Putu.
Estimasi laba bersih pada tahun ini juga diturunkan dari sebelumnya, Rp 460 miliar hingga Rp 470 miliar, menjadi sekitar Rp 440 miliar.
Putu merekomendasikan buy dengan target harga Rp 900 per saham. “Valuasi RALS masih murah dengan price to eraning ratio (PER) berkisar 12 kali. Itu jauh di bawah PER industri yang sekitar 20 kali,” kata Putu.
Anindya juga merekomendasikan buy dengan terget harga Rp 920 per saham. Target itu mencerminkan PER sebesar 13,7 kali-12,6 kali untuk tahun 2012-2013. Sedang Elvira Tjandrawinta, Analis BNP Paribas merekomendasikan hold dengan target harga Rp 810 per saham.
Pada Rabu (21/3), harga RALS ditutup tidak bergerak dari Rp 770 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News