Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melalui anak usaha Kalbe International Pte Ltd (Kalbe International) baru saja menandatangani kerjasama joint venture (JV) dengan perusahaan distributor barang konsumsi Filipina Ecossential Food Corp (EFC), Rabu (18/5).
Kalbe International sepakat membentuk perusahaan joint venture Kalbe Ecossential International Inc yang akan fokus pada pemasaran produk-produk Kalbe non-obat resep untuk pasar Filipina. Kalbe International akan memiliki porsi kepemilikan sebesar 60% dan Ecossential Food Corp memiliki porsi 40%.
Dalam menjalankan operasionalnya, Kalbe International akan bertanggung jawab terhadap jalannya operasional perusahaan joint venture tersebut. Sementara itu, Eccosential Food Corp akan memberikan strategic oversight supports, local market know-how, networking, dan infrastruktur yang diperlukan oleh perusahaan joint venture ini.
Baca Juga: Enseval Putera Megatrading Bidik Pertumbuhan Penjualan Hingga Dua Digit Tahun Ini
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengungkapkan, pendirian perusahaan patungan ini merupakan salah satu perwujudan dari prinsip strategi pengembangan internasionalisasi bisnis kesehatan Kalbe.
"Terus membangun kolaborasi atau partnership dengan pemain-pemain lokal karena pemain lokal negara bersangkutan akan jauh lebih tahu dan menguasai informasi-informasi," ujar Vidjongtius dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar secara virtual, Kamis (19/5). Adanya perusahaan joint venture juga diharapkan dapat mendorong kemunculan produk-produk, meningkatkan volume penjualan, serta menambah hubungan dengan outlet-outlet .
Sebagai langkah awal, KLBF akan masuk dengan produk nutrisi terlebih dahulu, mengingat produk tersebut lebih siap untuk penetrasi ke pasar Filipina. Asal tahu saja, produk Kalbe Farma Diabetasol dan Entrasol hampir menjadi market leader di Filipina.
Baca Juga: Perkuat Pasar, Kalbe Farma (KLBF) Bentuk Perusahaan Patungan di Filipina
Rencana setelah itu, KLBF akan membawa produk-produk lain baik dari segmen obat resep, obat bebas, maupun obat herbal ke pasar Filipina. Sejauh ini pihak KLBF sudah menyiapkan pipeline produk untuk ditambahkan di tahun-tahun mendatang.
Vidjongtius melihat peluang yang besar dari penjualan secara internasional, apalagi kontribusinya sejauh ini masih sekitar 5% dari total penjualan. KLBF menargetkan kontribusi penjualan internasional bisa meningkat hingga 10% dalam 3-4 tahun mendatang, di mana penjualan FIlipina menjadi salah satu pengerek.
Selain Filipina, KLBF juga akan menggenjot penjualan di negara lain seperti Myanmar. Di negara tersebut, KLBF sudah memiliki pabrik dan produk Mixagrip sudah menjadi market leader.
"Jadi negara-negara ASEAN menjadi fokus Kalbe ke depan untuk kami kembangkan lebih lanjut," ungkap dia. Jumlah penduduk ASEAN yang lebih dari 600 juta jiwa itu memang menjadi pasar yang menarik bagi Kalbe Farma.
Baca Juga: Emiten Ramai-Ramai Buyback Saham, Cermati Rekomendasi Berikut
Selain ASEAN, KLBF juga melihat potensi dari negara-negara Timur Tengah. Beberapa negara yang sudah dijajaki ada Afrika Selatan, Nigeria, dan Afrika Barat. Adapun produk yang menjadi unggulan adalah Hydro Coco yang sudah masuk melalui kantor yang berada di Dubai.
Pengembangan pasar internasional itu diharapkan bisa membantu KLBF mencapai target pertumbuhan kinerja sepanjang tahun 2022 yang dipatok 11-15% dari sisi penjualan maupun labanya. Pertumbuhan itu juga akan terbantu dengan membaiknya kondisi ekonomi seiring dengan kebijakan pemerintah melonggarkan mobilitas.
Menghadapi tantangan rantai pasokan
Walaupun prospek ke depan diwarnai katalis positif, manajemen KLBF juga mewaspadai tantangan rantai pasokan global akibat konflik antara Rusia dan Ukraina. Vidjongtius menjelaskan, kenaikan harga minyak dunia berpengaruh pada terkereknya harga bahan kimia yang dibutuhkan oleh obat atau farmasi. Konflik dua negara itu juga memicu fluktuasi pada kurs mata uang rupiah.
Mempertimbangkan kondisi itu, Kalbe Farma sudah melalukan inisiatif antisipasi sejak akhir tahun 2021. Salah satunya, menaikkan level persediaan bahan baku hingga 21 hari di akhir tahun lalu. Kemudian, di awal tahun ini level persediaan ditingkatkan menjadi satu hingga dua bulan.
Baca Juga: Banyak Komponen Impor, Sejumlah Emiten Atur Strategi di tengah Fluktuasi Kurs Rupiah
"Karena kita tidak tahu, kita tidak bisa memperkirakan gejolak ini akan berlaku sampai kapan," imbuh Vidjongtius. Untuk mengimbangi kenaikan biaya karena disrupsi rantai pasokan itu, KLBF juga melakukan efisiensi di segala lini.
Selain itu, KLBF meningkatkan harga beberapa produk secara selektif antara 1%-3%. Adapun peningkatan harga juga mempertimbangkan catatan inflasi yang setinggi 2%-3%. Kenaikan harga produk itu dinilai perlu untuk menyeimbangkan antara kemampuan daya beli dan pasokan.
"Mudah-mudahan dengan kombinasi demikian, termasuk juga pemanfaatan digital teknologi akan meningkat tanpa mengurangi kualitas layanan, kami bisa beroperasi dengan lebih baik cepat dan efisien," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News