Reporter: Avanty Nurdiana, Adisti Dini Indreswari |
JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyatakan tidak terganggu dengan bencana gempa dan tsunami di Jepang. Pengelola perusahaan tambang ini menyatakan, kegiatan pemasaran bijih nikel serta feronikelnya masih berjalan lancar.
Volume penjualan bijih nikel ANTM ke pasar Jepang di tahun 2010 mencapai 2,2 juta wet metrik ton (wmt). ANTM memiliki tiga pembeli jangka panjang di Jepang. "Pasific Metals Co. Ltd, Sumitomo Metal Mining Co Ltd dan Nippon Yakin Kogyo Co Ltd," ujar Bimo Budi Satriyo, Sekretaris Perusahaan ANTM.
ANTM menargetkan penjualan bijih nikel ke Jepang bisa meningkat hingga 2,4 juta wmt di tahun 2011. "Kami berharap penjualan ke Jepang bisa berlangsung sesuai dengan kontrak penjualan yang ada," ucap Bimo. Tapi andai harapan tersebut tidak tercapai, pengelola perusahaan tambang ini mengaku sudah menyiapkan jurus realokasi penjualan ke pasar lain.
ANTM mencetak penjualan senilai Rp 8,74 triliun di sepanjang tahun lalu, naik tipis 0,4% daripada tahun sebelumnya. Namun emiten ini mampu menikmati laba bersih Rp 1,68 triliun, melonjak hingga 178,6%.
Menurut Bimo, ANTM mulai menghentikan trading logam mulia sejak awal tahun lalu untuk mengurangi risiko fluktuasi harga emas. Jadi beban pokok penjualan di tahun 2010 hanya Rp 5,81 triliun, menyusut 22,7% dibanding beban tahun sebelumnya.
Produksi feronikel
Sebagai gantinya, Antam mengandalkan penjualan feronikel. "Penjualan masih naik walaupun tipis," tutur Bimo. Dengan harga jual feronikel US$ 10 per ton, ANTM mengambil margin 5,5%, lebih besar daripada margin logam mulia yang hanya 1%.
Tahun lalu feronikel menyumbang 42% dari total penjualan. Di tahun ini pun penjualan feronikel sepertinya masih akan menjadi andalan ANTM untuk mendongkrak penjualan. "Dengan asumsi harga tetap, feronikel diperkirakan akan menyumbang hingga dua per tiga dari total penjualan," kata Bimo.
Produksi feronikel Antam tahun lalu mencapai 18.688 ton dengan penjualan 18.254 ton. ANTM menargetkan produksi feronikel mencapai 18.000 ton dengan penjualan 18.500 ton tahun ini. Sementara produksi bijih nikel mencapai 7,65 juta wmt dengan penjualan 5,86 juta wmt.
Selain produksi feronikel dan bijih nikel yang meningkat, produksi emas Antam juga naik 6% menjadi 2.776 kg di tahun lalu. "Hal ini disebabkan pengoperasian tambang emas baru Cibaliung," ujar Bimo.
Namun volume penjualan emas ANTM merosot 49% menjadi 6.561 kg di 2010. Akibatnya kontribusi penjualan emas terhadap total pendapatan berkurang menjadi 27%.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menjelaskan, hasil pendapatan dan laba bersih Antam jauh di atas ekspektasi para analis. "Konsesus para analis memproyeksi laba bersih Antam hanya Rp 1,5 triliun," ujar dia.
Tapi karena harga jual nikel melonjak di akhir tahun, Antam tidak kesulitan mencetak pertumbuhan pendapatan sekaligus laba bersih di tahun silam. Selain itu, di tahun ini produksi nikel yang dihasilkan oleh Antam juga meningkat. "Momen tersebut yang membuat kinerja mereka meningkat," tegas Satrio.
Satrio sepakat dengan keyakinan para pengelola Antam bahwa penjualan ke Jepang tidak akan terganggu oleh musibah tsunami. Dia justru memperkirakan kebutuhan bijih nikel di Jepang akan meningkat karena proyek rekonstruksi. "Proyeksi manajemen cukup realistis," papar dia.
Dengan asumsi seperti itu, Satrio memprediksi harga ANTM masih dalam tren kenaikan. "Kinerja di tahun lalu merupakan angin segar bagi para pelaku pasar," ujar dia. Di saat bursa saham sedang lesu darah belakangan ini, harga ANTM ikut merosot.
Satrio memproyeksi harga saham ANTM bisa mencapai Rp 2.400 per saham dalam jangka dekat. Pada penutupan Rabu (23/3) harga ANTM Rp 2.200 per saham, meningkat 1,15% daripada sehari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News