Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memproyeksikan kapitalisasi pasar atau market cap perusahaan tercatat bisa mencapai Rp 20.000 triliun pada 2029. Ini meningkat 62,12% dari posisi akhir 2024 yang mencapai Rp 12.336 triliun.
Hingga akhir perdagangan Jumat (11/7), kapitalisasi pasar BEI mencapai Rp 12.404 triliun atau setara dengan US$ 765 miliar. Artinya, masih ada kekurangan sekitar Rp 7.596 triliun.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia Irvan Susandy menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan fluktuasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), baik dari internal dan eksternal.
“Akan tetapi yang menarik adalah kinerja fundamental emiten yang menjadi pendorong utama kinerja harga saham, secara umum selalu terjaga dan menunjukkan pertumbuhan,” jelasnya kepada Kontan akhir pekan lalu.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Pilihan untuk Hari Ini (14/7), IHSG Diprediksi Menguat
Selain itu, jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) dan emiten yang melakukan penggalangan dana melalui rights issue juga akan mendorong kinerja BEI.
Dalam lima tahun terakhir setiap tahunnya tidak kurang tercatat 50 emiten baru mencatatkan sahamnya di BEI dengan rata-rata dana yang terhimpun sebesar Rp 34 triliun serta rata-rata rights issue sebesar Rp 69 triliun per tahun.
“Stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi faktor berikutnya yang mempengaruhi nilai kapitalisasi pasar. Ini mampu meningkatkan daya tarik aset berdenominasi rupiah bagi investor asing,” kata Irvan.
Irvan bilang jadi paling tidak dari tiga faktor tersebut yaitu kinerja emiten yang selalu terjaga dan meningkat, adanya IPO dan rights issue serta stabilnya nilai rupiah terhadap dolar AS.
“Kami optimistis pada 2029 kapitalisasi pasar BEI dapat mencapai Rp 20.000 triliun atau naik lebih kurang 65% dari kapitalisasi pasar sekarang,” ucapnya.
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menghitung target Rp 20.000 triliun bisa tercapai, jika IHSG bisa meningkat 9%–10% setiap tahunnya yang didorong oleh pertumbuhan earning per share.
Berdasarkan historikal, CAGR IHSG sejak 2019–2024 berada di kisaran 11%. Oleh karena itu, Audi menilai target kapitalisasi pasar Rp 20.000 triliun cenderung rasional dengan terjadinya rerating dan membaiknya valuasi saham.
Baca Juga: IHSG Menguat dalam Pekan Lalu, Apa Sentimen Penopangnya?
Berdasarkan simulasi sensitivitas dari penambahan IPO sebesar Rp 300 triliun – Rp 500 triliun per tahun, Audi menilai akan mendorong kapitalisasi IHSG secara konservatif sesuai target.
Jika melihat data historikal IPO, perkiraan penambahan kapitalisasi pasar dari 2021–2024 berada di kisaran Rp 200 triliun. Menurutnya, jika ada emiten jumbo atau decacorn IPO akan meningkatkan lebih tinggi.
Direktur Infovesta Utama Parto Kawito menilai masih ada potensi perusahaan besar yang belum melantai di Bursa bisa mendorong tercapai target Rp 20.000 triliun pada empat tahun mendatang.
Menurutnya, masih ada peluang dari perusahaan besar hingga menengah di daerah dari sektor pertambangan, distribusi, perkebunan dan teknologi untuk bisa melantai di pasar saham.
“Selain itu perusahaan yang sudah IPO bisa menambah modal melalui skema rights issue sehingga hal itu bisa menambah kapitalisasi pasar,” ucap Parto.
Namun ada tantangan yang akan dihadapi BEI untuk mencapai target tersebut, Parto menilai penerbitan obligasi negara oleh pemerintah bisa menyedot dana publik dari pasar saham.
Selanjutnya: CNAF Beberkan Tantangan dalam Penyaluran Pembiayaan ke Sektor Produktif
Menarik Dibaca: Jangan Kebobolan, Berikut Langkah Aman Bertransaksi Digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News