kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BEI godok tiga alternatif persyaratan IPO start-up


Rabu, 28 Februari 2018 / 17:15 WIB
BEI godok tiga alternatif persyaratan IPO start-up
Menkominfo Rudiantara saat Startups GoPublic di BEI


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong start-up untuk tercatat di bursa saham atau go public. BEI menggodok beberapa jalur start-up untuk melantai di bursa.

Executive Vice President BEI Saptono Adi Junarso mengatakan, saat ini, bursa tengah melakukan proses perubahan regulasi. Menurutnya, aturan lama yang dirancang tahun 2014 lalu memang belum memikirkan era  start-up.

Untuk itu, kini bursa tengah merancang tiga alternatif requirement bagi start-up untuk melakukan initial public offering (IPO). Alternatif itu adalah net tangible aset (NTA), kapitalisasi pasar, dan revenue atau pendapatan.

"Perusahaan yang masih berkembang masih mungkin melakukan IPO. Boleh rugi asal memenuhi ketentuan lain, seperti harus berbentuk PT dan memiliki NTA," ujar Sapto. Sebagaimana disyaratkan, NTA perusahaan yang akan IPO minimal harus mencapai Rp 5 miliar.

Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengamini, perusahaan boleh mencatat kerugian, asal persyaratan administratif legal harus rapi. Selain itu, perusahaan juga harus menjabarkan rencana lima tahun ke depan. Dari rencana tersebut, dalam jangka waktu dua tahun harus sudah membukukan profit.

Selain tiga alternatif tersebut, BEI juga mengadvokasi agar program maupun aset intelektual yang dimiliki start-up bisa dikapitalisasi. Untuk hal ini, menurut Tito, dibutuhkan lembaga khusus. Pihaknya sedang berbicara dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Meski demikian, Tito belum bisa memprediksi jumlah perusahaan  start-up yang akan tercatat di BEI pada tahun ini. Namun, secara total BEI menargetkan 35 IPO pada tahun ini.

Adapun dari unicorn start-up yang ada di Indonesia, tiga diantaranya telah melakukan pembicaraan terakit IPO dengan BEI. Mereka kini tengah melakukan pembenahan di internal. "Ada beberapa dari mereka yang bilang bahwa akan untung di tiga, empat, atau lima tahun lagi. Silahkan bicara ke kita, " ujar Tito.

Sebagai informasi, Presiden Direktur PT Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto bilang, dua  start-up dari afiliasinya akan go public pada Juli atau Agustus 2018. Mereka berencana menggunakan buku Januari untuk proses pengajuan IPO.

Sebelumnya, Kresna sudah mengantarkan PT M cash Integrasi Tbk (MCAS) untuk go public pada tahun lalu. Perusahaan ini merupakan perusahaan digital service provider. Dua perusahaan yang akan menyusul MCAS disebut bergerak di sektor yang sama dengan MCAS. Salah satu diantaranya berencana melepas 20% saham ke publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×