kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.953.000   -3.000   -0,15%
  • USD/IDR 16.555   0,00   0,00%
  • IDX 6.868   -58,49   -0,84%
  • KOMPAS100 995   -9,93   -0,99%
  • LQ45 769   -7,59   -0,98%
  • ISSI 219   -1,73   -0,78%
  • IDX30 399   -3,62   -0,90%
  • IDXHIDIV20 470   -4,89   -1,03%
  • IDX80 112   -1,02   -0,90%
  • IDXV30 115   -0,47   -0,41%
  • IDXQ30 130   -1,36   -1,04%

BEI: Forced sell bisa terjadi, tapi tak akan sedahsyat 2008


Jumat, 23 September 2011 / 16:17 WIB
BEI: Forced sell bisa terjadi, tapi tak akan sedahsyat 2008
ILUSTRASI. Presiden China Xi Jinping.


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas, Anna Suci Perwitasari | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai aksi jual paksa (forced sell) tak dapat dihindari di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok. Tapi, kondisi IHSG yang sudah mulai menguat menjadi indikasi jika sebenarnya pelaku pasar sudah mulai tenang.

"Tapi jika forced sell terjadi, dampaknya tidak akan sebesar di 2008 lalu, karena sekarang broker-broker kita lebih pruden dan disiplin. Marginnya paling hanya 1:1 atau 1:2 saja," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito di Jakarta, Jumat (23/9).

Menurutnya dengan kondisi pasar yang anjlok kemarin, memang keadaan forced sell tidak dapat dihindari. Dan saat ini BEI masih akan memonitoring broker-broker. "Baru bisa tahu ada yang nakal kan setelah tiga hari, jadi pada Selasa nanti baru kita tahu apa ada yang mengambil keuntungan di pasar," lanjutnya.

Namun, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Uriep Budhi Prasetyo mengklaim, penurunan IHSG kemarin bukan terjadi karena banyaknya investor yang terkena jual paksa di transaksi margin. Dia menyebut, justru ada investor yang memperbesar size margin masuk setelah IHSG anjlok.

"Jika dilihat dan dianalisa, tidak terjadi penuruan drastis dalam trasaksi margin, malah jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya ada kenaikan," jelasnya, di Jakarta, hari ini (23/9). Uriep mencatat, kemarin, kenaikan di transaksi margin mencapai Rp 200 miliar, lebih tinggi dari transaksi hari-hari sebelumnya.

Uriep menyebut, jika memang sebenarnya tetap terjadi forced sell, tapi hal tersebut tertutupi oleh mereka yang malah melakukan top up atau masuk lagi ke transaksi margin tersebut. "Kemarin dijadikan kesempatan untuk para investor ritel menambah size margin mereka," lanjutnya. Meski begitu, BEI masih akan melihat kejadian di transaksi margin dalam sepekan ke depan.

Sementara itu, Direktur Trimegah Sekuritas Karman Pamurahardjo mengamini adanya kemungkinan forced sale yang dilakukan pihak broker atas nasabah margin. "Jika harga saham yang dipakai sebagai jaminan, harganya sudah turun mencapai 25% ada kemungkinan terjadi forced sale," katanya, Kamis (23/9).

Dia mengaku, di Trimegah sendiri belum terjadi forced sale. Sejauh ini, broker ini baru melakukan margin call untuk mengingatkan nasabah. Langkah tersebut biasa dilakukan sebelum broker melakukan forced sale terhadap saham investor yang dijadikan jaminan. "Baru sehari turun tajam, dan penurunan yang paling banter baru sekitar 9%," jelas Karman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×