Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. OSO Manajemen Investasi cukup agresif membeli saham yang baru melakukan initial public offering (IPO) di tahun ini. Begini strategi pemilihan sahamnya.
Tahun ini jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tumbuh signifikan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per akhir November terdapat 52 perusahaan yang melakukan IPO dengan jumlah emisi Rp 15,07 triliun. Sedangkan di periode yang sama tahun lalu, jumlah perusahaan yang melakukan IPO lebih rendah, yaitu 38 perusahaan dan dengan jumlah emisi Rp 9,6 triliun.
Dalam menjadikan saham IPO sebagai aset portofolio dalam reksadana, Bayu Pahleza, Fund Manager OSO Manajemen Investasi mengatakan, pihaknya mempertimbangkan beberapa hal sebelum membeli saham IPO tersebut. Faktor pertama yang dipertimbangkan adalah valuasi emiten yang lebih rendah dari saham sejenis dan valuai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ketika IPO.
Kedua, memastikan manajemen adalah orang yang berkepentingan untuk memajukan perusahaan dan diisi oleh orang yang profesional dibidangnya sekaligus memberlakukan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG).
Bayu tertarik pada bisnis model perusahaan yang unik. Dalam arti perusahaan yang IPO memiliki bisnis model yang berbeda dari emiten yang suda duluan terdaftar di bursa.
Selain itu, OSO MI juga teratrik dengan IPO emiten properti yang memiliki leverage rendah. Apalagi, emiten yang memiliki portofolio segmen kelas menengah dan menengah ke bawah. "Kami melakukan anailis bottom up pada saham IPO," kata Bayu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News