Reporter: Kenia Intan | Editor: Anna Suci Perwitasari
Asal tahu saja, walaupun saat ini Indonesia masih menjadi pengekspor LNG, pasokan gas bumi untuk ekspor semakin menurun seiring dengan meningkatnya kebutuhan domestik dari tahun ke tahun.
Pemanfaatan gas bumi domestik naik rata-rata 7,8% sejak tahun 2003 hingga tahun 2017. Sehingga dari total produksi gas bumi di tahun 2017, pemanfaatan gas bumi sebanyak 58,89% diserap untuk kebutuhan domestik dan sisanya 41,11% untuk ekspor.
Direktur Utama GTS Internasional Kemal Imam Santoso menambahkan, harga LNG yang fluktuatif tidak akan berdampak terhadap kinerja perusahaan. Sebab, GTSI merupakan operator yang melayani pengangkutan LNG, yang pendapatannya mayoritas bersumber dari kontrak dengan jangka waktu panjang.
Adapun manajemen juga percaya diri, kemampuan dan pengalaman perusahaan mumpuni untuk memenuhi kontrak-kontrak dengan klien.
Hingga akhir tahun 2021, kinerja perusahaan diharapkan tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu. Adapun kinerja perusahaan tahun ini masih akan ditopang oleh proyek FSRU Amurang. Asal tahu saja, GTS Internasional mengantongi laba sekitar US$ 16,2 juta tahun lalu.
Baca Juga: Harga saham Bukalapak (BUKA) sudah lebih murah daripada harga IPO
"Kami telah mendapat kontrak jangka panjang itu mulai dari tahun 2019 selama 15 tahun ke depan. Dengan tarif sewa per hari kira-kira US$ 39.700. Semoga ini mendongkrak kinerja GTS Internasional untuk tahun 2021 dan seterusnya," imbuh Dedun.
Sementara untuk jangka menengah, GTSI mengaku sedang berdiskusi secara intens dalam rangka pengadaan FSRU maupun pengapalan LNG. Di sisi lain, FSRU Jawa Satu yang sudah terealisasi pada akhir tahun 2020 lalu diharapkan mampu menghasilkan income bagi perusahaan mulai pertengahan tahun 2022 mendatang.
Selanjutnya: IHSG melorot 2,06% ke 5.992 pada akhir perdagangan Kamis (19/8), asing catat net buy
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News