kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Begini Rekomendasi Saham Mitratel (MTEL) yang Agresif Akuisisi Menara dan Fiber Optik


Selasa, 21 Februari 2023 / 06:30 WIB
Begini Rekomendasi Saham Mitratel (MTEL) yang Agresif Akuisisi Menara dan Fiber Optik


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten penyedia menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel berpotensi tumbuh pada 2023 berkat ekspansi pada tahun lalu. Pada 2022, MTEL tercatat mengakuisisi 6.088 unit menara dan 6.012 kilometer (km) fiber optik.

Jumlah menara yang dibeli melebihi target karena pada awalnya MTEL hanya berencana mengakuisisi 3.000 unit menara. Secara rinci, 6.088 menara tersebut dibeli dari Telkomsel sebanyak 6.000 menara, Citra Gaia 39 menara, MSN 38 menara, dan dari lainnya sebanyak 11 menara.

Sementara itu, fiber optik sepanjang 6.012 km diakuisisi dari PT Trans Indonesia Superkoridor dan PT Sumber Cemerlang Kencana Permai. Fiber optik tersebut tersebar di 86 kota dan kabupaten di Indonesia dengan jumlah menara yang telah terkoneksi dengan fiber optik sebanyak 2.436 unit.

Baca Juga: Akuisisi Tower Indosat, Mitratel (MTEL) Kejar Pertumbuhan Pendapatan di Atas Industri

Analis Maybank Sekuritas Etta Rusdiana Putra mengatakan, ruang pertumbuhan MTEL saat ini cenderung berasal dari akuisisi menara. Hal ini sejalan dengan perubahan bisnis model di operator telekomunikasi yang menuju asset light sehingga operator memilih untuk menjual lalu menyewa kembali menaranya dari para penyedia menara.

Ke depannya, bisnis fiber optik juga akan menjadi sumber pendapatan yang penting bagi perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi. Pasalnya, jaringan selular akan semakin berfokus ke 4G dan 5G dalam beberapa tahun ke depan sehingga membutuhkan lebih banyak fiber optik.

Etta melihat, bisnis model penyedia menara akan menuju ke arah layanan yang terintegrasi dengan fiber optik dan lainnya. "Saya percaya MTEL memiliki keunggulan di luar Jawa karena dapat bekerja sama dengan Telkomsat yang memiliki landing right dari satelit Space X untuk akses jaringan backbone di wilayah yang belum dapat tersambung oleh kabel fiber optik," tutur Etta saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/2).

Baca Juga: Begini Strategi Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) Memaksimalkan Bisnis Tahun Ini

Etta memproyeksi, pendapatan MTEL pada tahun 2023 dapat tumbuh 9,8% secara year on year (YoY) menjadi Rp 8,9 triliun. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan diperkirakan bakal naik 7,7% YoY menjadi Rp 1,9 triliun.

Sebagai gambaran, sepanjang sembilan bulan pertama 2022, pendapatan MTEL tercatat meningkat 11,5% YoY menjadi Rp 5,6 triliun. Kemudian, laba bersihnya terkerek 18,1% YoY menjadi Rp 1,23 triliun.

Menurut dia, kinerja emiten menara cenderung stabil karena pendapatannya dikunci oleh kontrak jangka panjang. Potensi penurunan suku bunga acuan pada 2023 juga akan menjadi katalis positif bagi emiten menara karena merupakan asset yield dan dividend play.

Baca Juga: Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) Siapkan Capex Rp 6 Triliun Tahun Ini

Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan menilai, MTEL punya kemampuan untuk menumbuhkan jumlah menara dan penyewa meski persaingan di industri semakin ketat.

Pada sembilan bulan pertama 2022, jumlah menara MTEL bertambah 24,8% yoy menjadi 35.051 unit dan jumlah penyewa naik 19,6% yoy menjadi 50.390. Meskipun begitu, rasio kolokasi turun menjadi 1,44x, dari 1,50x pada sembilan bulan pertama 2021.

Kehadiran MTEL yang kuat di daerah luar Jawa juga menjadikannya lebih menarik bagi operator telekomunikasi. Dari 35.051 menara yang ada, sebesar 58% berada di luar Jawa, sedangkan 42% di Jawa.

"Sebagaimana diketahui, operator kini cenderung menggunakan strategi kolokasi dibanding membangun menara yang baru (build-to-suit) untuk memperluas jaringannya karena lebih cepat dalam eksekusi dan lebih efisien dalam biaya operasionalnya," kata Steven.

Dalam laporan tanggal 10 Januari 2023, tim riset RHB Sekuritas melihat, ruang pertumbuhan MTEL masih cukup dengan meningkatkan kolokasi pada menara-menara yang belum lama diakuisisi. Rasio kolokasi yang sebesar 1,44x relatif rendah, sebab rasio kolokasi yang ideal adalah sebesar 2x sehingga potensi kenaikannya cukup tinggi.

Baca Juga: Mitratel (MTEL) akan Beli 997 Menara Indosat (ISAT), Simak Rekomendasi Sahamnya

Merujuk riset tanggal 2 November 2022, Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis juga mengatakan, rasio kolokasi MTEL saat ini berada di 1,44x, sementara peers beroperasi pada 1,87x. "Hal ini menyiratkan potensi penambahan 15.000 tenancy dan margin EBITDA yang jauh lebih tinggi bagi MTEL," ucap Niko.

Prospek pesanan menara ke MTEL juga diprediksi cerah seiring dengan integrasi jaringan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) yang diprediksi selesai lebih cepat, yakni pada kuartal I-2023. Hal ini membuka ruang bagi IOH untuk melakukan ekspansi sehingga berpotensi menciptakan permintaan menara baru dan kapasitas.

Niko merekomendasikan buy MTEL dengan target harga Rp 1.050 per saham. Begitu juga dengan Etta dan Steven yang merekomendasikan buy MTEL dengan target harga masing-masing Rp 950 dan Rp 900 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×