Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kombinasi dari bisnis batubara dan nikel telah menjaga kinerja PT Harum Energy Tbk (HRUM). Ketika penjualan batubara menyusut, kontribusi dari bisnis nikel menopang pendapatan HRUM pada semester I-2024.
HRUM mengantongi pendapatan senilai US$ 596,68 juta hingga Juni 2024. Meningkat 21,21% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau Year on Year (YoY), yang kala itu sebesar US$ 492,24 juta.
Selama enam bulan pertama 2024, HRUM sudah membukukan pendapatan dari penjualan ekspor nickel matte dan feronikel masing-masing sebesar US$ 132,17 juta dan US$ 102,78 juta.
Selain itu, HRUM mencatatkan penjualan lokal feronikel senilai US$ 33,39 juta dan nickel matte US$ 16,79 juta. Pendapatan dari nikel ini mengimbangi penjualan batubara HRUM yang sedang mengalami penurunan.
Hingga Juni 2024, penjualan ekspor batubara HRUM turun 34,38% (YoY) menjadi US$ 266,55 juta. Sementara penjualan batubara lokal HRUM menyusut 55,37% (YoY) menjadi US$ 36,64 juta.
Baca Juga: Begini Fokus Harum Energy (HRUM) Optimalkan Nikel dan Batubara di Semester II-2024
Meski pendapatan meningkat, tapi HRUM mengalami penurunan bottom line. HRUM meraih laba bersih US$ 37,36 juta pada semester I-2024. Turun 75,19% dibandingkan keuntungan US$ 150,60 juta pada semester I-2023.
Corporate Secretary Harum Energy, Renny Soependi menjelaskan bahwa penurunan harga rata-rata batubara global pada semester I-2024 mempengaruhi perolehan pendapatan dan profitabilitas HRUM. Namun dari sisi pendapatan, penurunan pada segmen batubara bisa diimbangi oleh kontribusi dari bisnis nikel.
HRUM menggarap nikel dari bisnis unit yang sudah beroperasi, yakni melalui smelter PT Infei Metal Industry (IMI) dan PT Westrong Metal Industry (WMI). Sedangkan dari sisi laba, perolehan laba HRUM yang terpangkas dipengaruhi oleh adanya penyesuaian nilai wajar investasi sebesar US$ 30,7 juta.
Memasuki separuh kedua 2024, Renny optimistis prospek kinerja HRUM masih cukup baik pada periode ini. Penopangnya adalah permintaan batubara yang cukup stabil, seiring pemulihan ekonomi di Cina dan kenaikan permintaan dari beberapa negara di kawasan Asia yang mengalami musim panas ekstrem.
Produksi nikel HRUM juga berpotensi tumbuh pada semester kedua, sehingga berpotensi meningkatkan pendapatan.
"Meskipun demikian, harga komoditas diperkirakan masih berfluktuasi yang akan mempengaruhi pencapaian pendapatan dan laba bersih Perseroan sampai akhir tahun 2024," ungkap Renny kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).
Baca Juga: Kinerja Harum Energy (HRUM) Disetir Harga Batubara, Cek Rekomendasi Sahamnya
Dari proyek ekspansi, Renny menyampaikan bahwa progres pembangunan proyek permurnian nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) berjalan sesuai rencana. HRUM menggarap proyek HPAL ini melalui entitas anaknya, PT Blue Sparking Energy (BSE).
Proyek ini diharapkan akan menambah produksi nikel HRUM pada tahun-tahun mendatang. "Perseroan juga menargetkan untuk dapat memulai produksi bijih nikel dari tambang nikel sebelum akhir tahun ini," terang Renny.
Rekomendasi Saham HRUM
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian mengamati kinerja HRUM pada semester I-2024 relatif sesuai ekspektasi. Memasuki semester kedua ini, Fajar menaksir prospek kinerja HRUM masih cukup menantang.
Pemberat kinerja HRUM masih datang dari harga batubara yang di tahun ini belum bisa kembali mendaki. Meskipun berpeluang naik, namun level pertumbuhannya akan cenderung flat.
Analis Stocknow.id, Muhammad Thoriq Fadilla sepakat, outlook kinerja HRUM di semester kedua masih menantang. Meski segmen nikel menunjukkan prospek menarik, tapi volatilitas harga komoditas dan tekanan biaya operasional yang tinggi tetap menjadi risiko bagi HRUM.
Dus, HRUM perlu mengoptimalkan efisiensi operasional. "Jika harga nikel tetap stabil atau meningkat, dan HRUM berhasil mengelola beban operasionalnya lebih efektif, ada peluang untuk kinerja yang lebih baik di semester kedua," ungkap Thoriq kepada Kontan.co.id, Jum'at (9/8).
Dari sisi pergerakan saham, secara teknikal Thoriq melihat HRUM masih sideways atau cenderung stagnan. Namun indikator stochastic mendekati area oversold dan terjadi goldencross, sehingga masih menyimpan potensi kenaikan.
Thoriq pun merekomendasikan hold saham HRUM dengan target harga Rp 1.335. Sedangkan Fajar menyarankan wait and see terlebih dulu untuk saham HRUM.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo punya rekomendasi yang sama, wait and see pada HRUM. Cermati support di area Rp 1.050 dan resistance pada level Rp 1.220 per saham.
Menutup pekan ini, harga saham HRUM parkir di level Rp 1.160 per saham pada Jum'at (9/8). Stagnan dari penutupan perdagangan hari sebelumnya. Secara year to date, harga saham HRUM mengakumulasi penurunan 13,11%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News